Deskripsi
Lokasi: Jalan Jenderal Sudirman No. 57, Desa Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah 53131
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka/Tutup: 08.00-15.00
Telepon: (0281) 635098
Purwokerto memiliki beragam spot keren yang layak dikunjungi bila hari libur tiba. Salah satunya Museum Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman yang beralamat di Jalan Dr. Soeparno No. 24, Desa Pasir Kidul, Kecamatan Purwokerto Barat.
Bangunan tersebut didirikan guna mengenang perjuangan Raden Soedirman di Banyumas, khususnya Purwokerto. Karena berkat strategi dan kepandaiannya dalam berdiplomasi, pengambilalihan kekuasaan dari penjajah Jepang kepada pejuang dapat dilalui tanpa pertumpahan darah.
Destinasi lainnya, yaitu Museum Bank Rakyat Indonesia yang cukup terkenal di Negeri Seribu Prajurit. Tempat tersebut memiliki sejarah yang cukup menarik.
Sejarah Museum Bank Rakyat Indonesia
Pada tahun 1894, Raden Bei Aria Wirjaatmadja yang kala itu menjabat sebagai Patih Banyumas menghadiri sebuah pesta khitanan yang diadakan oleh seorang guru.
Namun, beliau heran, mengapa tenaga pendidik yang bergaji rendah bisa menyelenggarakan pesta mewah dengan hidangan melimpah dan menampilkan pertunjukan kesenian Tayuban. Dihadiri para pembesar pula.
Beliau akhirnya mendapat informasi bahwa sumber dana yang digunakan berasal dari pinjaman rentenir dengan bunga tinggi. Bahkan, beban pelunasannya di luar kemampuan guru tersebut.
Raden Aria pun tergerak untuk membantu mereka melunasi hutang-hutang itu dengan cara memberikan pinjaman berbunga rendah. Tapi, kemudian beliau menyadari, ternyata banyak sekali priyayi yang mempunyai masalah serupa.
Maka beliau menggunakan kas masjid untuk meringankan tanggungan mereka. Sayangnya, hal tersebut diketahui oleh E. Sieburgh, Asisten Residen yang lalu melarang pemanfaatan dana masjid selain untuk keperluan rumah ibadah.
Atas terjadinya peristiwa itu, diterbitkanlah surat resmi untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat pertama bagi para pribumi.
Alhasil pada tanggal 16 Desember 1895, lembaga keuangan bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden yang berarti “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto” mulai beroperasi.
Tiga tahun berikutnya, nama bank tersebut berganti menjadi De Poerwokertosche Hulp Spaar en Landbouw Credietbank atau Bank Bantuan, Simpanan dan Kredit Usaha Tani Purwokerto di bawah pengawasan W.P.D de Wolff van Westerrode.
Sebenarnya, di masa pra-kemerdekaan terdapat banyak bank yang bermunculan, seperti Vereeniging Minangkabau (1917) dan N. V. De Batakscche Bank (1937), tapi tidak berkembang. Bank Priyayi-lah yang menurut sejarah tetap bertahan hingga menjadi BRI seperti yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946, BRI menjadi bank pertama milik pemerintah. Ia sempat berhenti beroperasi di tahun 1948, namun setahun kemudian mulai eksis kembali dengan nama Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Pada tahun 1968, kata “Serikat” dihapus dari namanya. Lalu, tanggal 1 Agustus 1992 ia berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dan akhirnya menjadi perusahaan publik yang memiliki nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Peresmian Museum Bank Rakyat Indonesia sendiri dilakukan pada 19 Desember 1990 oleh Direktur Utama BRI, Kamardy Arief.
Berwisata ke Museum Bank Rakyat Indonesia
Museum Bank Rakyat Indonesia terdiri atas tiga monumen yang berada dalam satu halaman, antara lain:
Monumen Raden Aria Wirjaatmadja
Terletak di sebelah kanan gedung replika serta dikelilingi oleh kolam kecil, tugu ini dibangun untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa sang pencetus gagasan pendirian bank, Raden Aria Wirjaatmadja.
Ketika berusia 21 tahun, pria yang lahir pada tahun 1831 tersebut telah menjadi juru tulis kontrolir Belanda di Kota Gilar-gilar, Banjarnegara.
Berikutnya beliau menjabat sebagai mantri polisi (1854), wakil wedana (1893), wedana definitif di Kecamatan Batur (1866) dan wedana Adireja (1873).
Kemudian, menyandang jabatan wedana Karesidenan Banyumas (1875) dan Patih Purwokerto yang dipegang hingga beliau pensiun (1879-1907).
Gedung Bank Priyayi
Memiliki luas sekitar 31 m2, bangunan ini merupakan tempat kantor dimana Hulp-en Spaarbank memulai operasinya. Meski telah mengalami renovasi, letak serta bentuknya dibuat mirip dengan aslinya.
Bahkan, yang dilakukan pemugaran hanya bagian temboknya saja, diganti dengan batu bata baru. Sementara pintu, jendela, kosen-kosen atap dan langit-langitnya masih menggunakan bahan yang asli.
Gedung Priyayi sendiri dibagi menjadi dua bangunan, yakni ruang dalam yang menjadi tempat kerja Raden Aria dan teras untuk pembantunya menerima serta melayani para nasabah.
Gedung Museum
Bangunan dengan dua lantai tersebut menyimpan berbagai barang dan peralatan yang dulunya digunakan untuk operasional bank.
Di lantai pertama terdapat mesin-mesin pembukuan, pesawat telepon, sarana simulasi, akta-akta pendirian berbahasa Belanda beserta terjemahannya, berkas-berkas, piagam penghargaan dan foto-foto direksi.
Sedangkan di lantai atas ada beberapa benda yang menginformasikan tentang sistem keuangan serta cikal bakal sistem perbankan di Nusantara. Seperti Patung Kuwera yang dalam kepercayaan Hindu merupakan simbol Dewa Kemakmuran.
Terdapat juga tempat penyimpanan uang tradisional dan mata uang yang pernah digunakan di Indonesia, antara lain Gobog dari jaman Majapahit, uang kepeng Cina serta mata uang VOC (Doit, Stuiver dan Silver Ryder atau Dukaton).
Pengunjung juga bisa menjumpai mata uang Belanda yang berupa uang kertas dan koin dari berbagai logam, uang Jepang yang terdiri atas beberapa emisi dan ORI (Oeang Republik Indonesia).
Ada pula koleksi RA Wirjaatmadja, salah satunya tulisan tangan berisi Babad Banjoemas serta diorama yang mengilustrasikan awal mula pendirian bank.
Di samping itu, museum juga dilengkapi dengan perpustakaan yang dibuka untuk umum setiap hari kerja. Di dalamnya berisi beragam buku yang berkaitan dengan aktifitas BRI di masa lalu hingga sekarang dan bacaan masa kini.
Alamat dan Jam Buka Museum Bank Rakyat Indonesia
Museum BRI berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 57, Desa Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dari Purwokerto hanya berjarak 2 km, sedangkan dari pusat Kota Banyumas kurang lebih 19 km.
Objek wisata ini sendiri buka setiap hari Sabtu-Kamis pukul 08.00-15.00. Tiket masuknya gratis. Apabila Anda ingin datang bersama rombongan, sebaiknya mengirimkan surat resmi terlebih dulu supaya pihak pengelola lebih siap. Info lebih lanjut, silakan menghubungi kontak yang tersedia.
Gibran Wirdas (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Aziz Qosiim (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang lotre, tapi saya yakin giveaway ini adalah lotre yang pasti menang. Percaya deh!
Thoriq Alhan (pemilik terverifikasi) –
Jika menang giveaway ini, janji saya akan… tetap rendah hati dan tidak sombong (di depan kamera).