Deskripsi
Lokasi: Desa Sidomulyo, Kec. Wonoasri, Kab. Madiun, Jawa Timur
Map: Klik Disini
Buka: 24 Jam
Waduk di Madiun❤️
Madiun memiliki jumlah waduk cukup banyak yang juga berfungsi sebagai tempat wisata seperti Waduk Notopuro (Desa Duren, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun), Waduk Kedungbrubus (Desa Bulu, Kecamatan Pilangkenceng).
Kemudian Waduk Saradan (Bening) (Desa Pajaran, Kecamatan Saradan), Waduk Ngebel (UPT Pengairan wilayah Kec. Dolopo) dan Waduk Dawuhan (Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri). Waduk yang dibahas lebih terperinci kali ini adalah Waduk Dawuhan.
Daya Tarik
❤️
Waduk kini menjadi sarana tempat tamasya dan juga bersantai dengan keluarga. Waduk Dawuhan berfungsi sebagai irigasi yang mengairi persawahan 9 desa di 3 kecamatan. Keberadaannya memiliki peran penting untuk kehidupan para petani.
Sejarah atau asal usul dibangunnya waduk memang untuk irigasi masyarakat setempat. Luas waduk sekitar 1.273 hektar. Pada tahun 2008 masyarakat setempat memberdayakan areal waduk menggunakan sistim keramba untuk pembudidayaan ikan tawar.
Akan tetapi kondisi air yang semakin berkurang ketika kemarau datang sehingga Pemda menyarankan pembudidayaannya dengan sistem tebar benih ketika musim hujan. Panen ikan dilakukan 5 bulan kemudian.
Saat keadaan cuaca normal, waduk dapat mengairi semua areal sawah kesembilan desa dengan total 2.823 hektar di Kecamatan Wonoasri, Balerejo, dan Madiun. Namun saat kemarau, masyarakat setempat memanfaatkannya dengan mencari ikan atau cocok tanam.
Waduk Dawuhan juga menjadi spot memancing favorit. Ketika kesini Anda akan melihat pemandangan sejumlah pengunjung sedang menunggu mata kailnya disambar ikan.
Hunting Foto❤️
Selain pemandangan orang mancing, anak-anak juga menikmati bermain disini. Mereka biasanya bermain layang-layang meskipun saat kondisi terik sekalipun.
Selain itu, waduk ini juga dapat menjadi tempat hunting fotografi. Anda dapat mengambil gambar dengan backgroung waduk dan gunung dibelakangnya.
Terdapat beberapa perahu disandarkan ditepi waduk. Perahu-perahu ini merupakan milik para warga yang bekerja di ladang atau sawah. Perahu merupakan salah satu alat transportasi mereka untuk mencapai areal lahan sawah ataupun ladang.
Sebenarnya tidak harus mengarungi danau buatan ini untuk sampai areal sawah karena dapat melewati jalur darat namun harus memutar kurang lebih 5 kilometer dan harus melintasi hutan.
Perahu ini selain berfungsi untuk alat transportasi menuju lahan sawah, ladang ataupun memancing juga disewakan yaitu hanya Rp.2 ribu untuk ganti ongkos solar.
Para petani biasa berangkat bercocok tanam di pagi hari dan pulang saat siang atau sore hari.
Karena musim kemarau yang cukup panjang beberapa bulan terakhir ini menjadikan debit air semakin berkurang. Untuk petani yang memiliki sawar didekat waduk tidak begitu kesusahan.
Namun beberapa desa dibawahnya mengalami kesulitan pengairan sawah mereka. Jika kemarau terus berlanjut keadaan mungkin akan semakin parah terutama saat musim tanam tiba.
Air di waduk ini memenuhi kebutuhan irigasi sawah saja bukan untuk rumah tangga. Untuk air rumah tangga seperti minum, masak, mandi, warga sekitar menggunakan air sumur.
Memakan Korban❤️
Danau ini dahulu pernah memakan korban sekitar tahun 2011. Pada waktu itu ada 6 anak-anak SD bermain di areal waduk. Mereka berlima menaiki perahu hingga sampai tengah. 1 anak kebetulan tidak ikut naik perahu.
Baru sekitar 5 meter jaraknya dari tepian waduk tiba-tiba perahu sudah terisi penuh air. Para anak-anak itu tidak mengetahui jika perahu yang bersandar di tepi ternyata bocor.
Saat menyadari jika perahunya bocor dan mereka akan tenggelam, kelima bocah tersebut panik dan membuat keseimbangan perahu tak terjaga, bergoyang-goyang, oleng dan akhirnya terbalik.
Mereka jatuh kedalam air dengan kedalaman kurang lebih 2-3 meter. 2 dari kelima bocah dapat berenang sehingga dapat meraih tepi sedangkan ketiga temanya tidak dapat berenang.
Melihat ketiga temannya tenggelam langsung mereka lari meminta tolong penduduk sekitar. Seketika para warga datang dan berusaha mencari ketiga anak yang tenggelam. Setelah 2 jam kemudian, jasad 3 anak tersebut baru diketemukan.
Ketiga korban ditemukan dekat dengan lokasi tenggelamnya. Saat ditemukan kondisi sudah menjadi jenazah dan segera dilarikan ke Rumah Sakit untuk dilakukan pengidentifikasian.
6 anak-anak ini bersekolah di SDN Ngadirejo 2. Sedangkan 3 korban yang tewas berasal dari Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri bernama Wahyu Aji, Septian, dan Syaiful.
Ketiga anak yang selamat bercerita jika niatnya ke waduk dan menyeberang menggunakan perahu adalah untuk mencari jangkrik. 1 anak yang tidak ikut naik perahu memang menyadari jika ia tidak bisa berenang sehingga tidak ikut naik.
Rute Jalan❤️
Waduk Dawuhan terletak di desa Sidomulyo, Kec. Wonoasri, Kab. Madiun, di bawah lereng Gunung Wilis. Dari pusat kota Madiun kesini hanya 15 menitan atau sekitar 20 kilometer.
Gathot geka –
Narasinya dan fotonya bagus, tp ada yg perlu chek ulang, pada akhir tulisan ditulis jarak dr Madiun 3,6 km. Mungkin salah ketik, krn jarak sesungguhnya kurang lebih 20 km dr kota Madiun.
Heru –
Menurut penuturan alm bapak sy yg ikut membangun waduk dawuhan ini, dibangun sekitar tahun 1950. Seluruh areal genangan waduk adalah kawasan hutan, plus di bawah tangkis sebagian petak 114 dan 115 RPH Dawuhan, BKPH Ngadirejo, KPH Madiun. Harap maklum sy masih hafal karena sy pernah bertugas di BKPH Ngadirejo 1988-1992.
Waduk Dawuhan maupun waduk Notopuro memang waduk musiman. Jadi untuk budidaya ikan, sekali tebar sampai panen. Sebaiknya disarankan jenis ikan yang mudah berkembang biak, seperti nila, mujair ikan mas, tombro, lele bagus tetapi suka makan telur dan anak²nya sehingga pertambahan populasi terhambat.
Sangat disayangkan cah ngadirejo gak bisa renang. Sy pertama kali belajar renang di waduk notopuro ketika bapak sy bertugas di pengairan pilangkenceng. Sy diajari paman dan adik yg usianya 10 tahun lebih tua. Sy disuruh pegangan papan kayu diajak ke tengah. Ditengah papan dibalik, sehingga sy terpaksa berenang. Kondisi waduk sedang penuh. Hanya sekali itu saja sy dilatih, selanjutnya bisa sendiri.
Disarankan, di pinggir waduk dibangun “kolam renang” mengikuti bentuk asli tepi waduk sepanjang ± 50 m untuk berlatih anak² berenang dengan kedalaman 0-1,3 meter pada saat ketinggian permukaan maksimum. Dikelola oleh mandor pengairan setempat atau karangtaruna desa sidomulyo. Tentu seijin pihak seksi pengairan atau daerah pengairan madiun. In sya Allah tidak mengganggu waduk.
Heru –
Hutan di atas waduk jangan digunduli/dibakar agar minim erosi. Umur waduk jadi lebih panjang. Perlu diketahui, tanah di hutan jati kebanyakan mudah tererosi, dan serasahnya mudah terbakar. Jati bila terbakar tidak mati karena kulitnya tebal, tetapi menjadi tidak bagus pertumbuhannya.
Tanah yg terbakar akan lebih mudah tererosi, dan membuat waduk cepat dangkal dari endapan yg berasal dari partikel tanah terlarut maupun dari “bedload” di dasar sungai.
Perlu kesadaran bersama.
Salam dari Malang.
Jamet –
Min izin ambil gambarnya buat tugas nggeh. terima kasih
Aiman Harith Nasir (pemilik terverifikasi) –
Saya sudah siapkan spanduk ‘Pemenang Giveaway’, tinggal nunggu nama saya yang diumumkan saja.
Ghifari Uzair (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pembalap, tapi saya siap gas pol menuju garis finish untuk klaim hadiah giveaway ini.
Durrani Osman (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang lotre, tapi saya yakin giveaway ini adalah lotre yang pasti menang. Percaya deh!