Deskripsi
Lokasi: Makale Utara, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
HTM: 5000 per orang
Buka/Tutup: –
Map: KlikDisini
Tana Toraja, Begitu mendengar kata tersebut, agaknya sudah tak asing lagi di telinga Anda. Daerah ini terletak di Sulawesi Selatan dan membutuhkan waktu perjalanan lumayan jauh dari Makassar untuk mencapainya, yaitu 7 – 8 jam lamanya.
Tana Toraja terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu Tana Toraja bagian selatan dengan pusatnya berada di Makale, lalu Tana Toraja dengan pusatnya berada di Rantepao. Makale dan Rantepao ini masing-masing hanya berjarak kurang lebih setengah jam perjalanan.
Objek Wisata Tana Toraja yang dikenal begitu ikonik dengan keunikan budayanya, khususnya dalam hal menghormati kematian seseorang melalui prosesi upacara adat maupun dari segi penguburannya.
Menilik perihal penguburan, di Tana Toraja memiliki beberapa tipe penguburan seperti kuburan gantung, kuburan goa, kuburan pahat, kuburan tanah hingga patane. Patane adalah suatu ruangan khusus yang didesain seperti rumah untuk menaruh peti mayat.
Meskipun pada awalnya terdengar agak menyeramkan, namun tempat yang sarat akan nilai historis ini memiliki daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Selain karena daerahnya yang unik, Tana Toraja juga memberikan segudang ilmu untuk dipelajari dan diteliti oleh antropolog dari berbagai belahan dunia.
Detail Kawasan Pemakaman Tana Toraja❤️
Di Tana Toraja terdapat beberapa kompleks pemakaman, namun jika Anda datang ke tanah ini, makam yang pertama kali akan Anda temukan adalah Lemo. Lemo terletak di kelurahan Sarira, Makale Utara dan berjalan sekitar 800 meter dari jalan poros Rantepao – Makale.
Pemakaman purba ini adalah milik leluhur dari suku Toraja pada abad ke-XV yang dibuat pada batu berpahat atau liang paa’. Untuk dapat memasuki kawasan ini, wisatawan dikenakan tiket masuk berkisar Rp 5.000/orang untuk wisatawan lokal dan Rp 10.000/orang untuk wisatawan mancanegara.
Situs pemakaman kuno ini pertama kali didirikan oleh salah satu tokoh Topatindo, yaitu Songgi Patalo. Beliau merupakan keturunan Puang Tomembali Buntu dengan Tumba’ Tolayuk sekitar tahun 1650 SM.
Sehingga menjadikan Lemo dikenal karena kuburan yang melekat di dinding tebing bukit yang tinggi. Terdapat 75 lubang pada dinding cadas, beberapa diantaranya memiliki patung berjajar yang disebut Tau-Tau.
Patung-patung itu adalah lambang dari kedudukan sosial, status, dan peran mereka semasa hidup sebagai bangsawan di Tana Toraja.
Di lubang kuburan berukuran 3 x 5 meter itu nyatanya satu lubang berisikan satu keluarga. Di beberapa tempat nampak peti-peti mati ditumpuk atau diatur sedemikian rupa sesuai garis keturunan atau keluarganya. Bagian depan lubang berfungsi untuk memasukkan jenazah, beberapa ada yang ditutupi pintu kayu berukir atau hanya penutup dari bambu.
Asal Muasal Lemo Toraja❤️
Awal mula disebut Lemo dikarenakan terdapat batu berukuran besar yang berbentuk seperti jeruk, yang berada di dalam salah satu goa milik Para Panglili’ Tondok, kala itu mereka melindungi penduduknya pada masa kolonial Belanda. Lokasi Tongkonan Tondok atau pusat pemerintahannya berada di puncak gunung.
Kuburan pertama pada pemakaman ini adalah liang sebelah kiri paling atas di bagian utara, dibuat sekitar tahun 1680 oleh keturunan Songgi’ Patalo bernama Sakkoda. Selain itu, terdapat puluhan liang batu kuno atau yang disebut dengan Tau-Tau, semuanya berjejer menyebar dari utara ke selatan.
Tau-Tau, Pantung Simbolis Sarat akan Makna❤️
Patung Tau-Tau yang berada di dalam pemakaman ini merepresentasikan orang-orang yang sudah meninggal dan dikuburkan di tebing tersebut. Maka dari itu, secara simbolis patung ini berfungsi sebagai simbol atau kenang-kenangan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Untuk dapat dibuatkan patung Tau-Tau ini, keluarga yang ditinggalkan diharuskan melaksanakan upacara Rambu Solo dengan minimal mengurbankan 24 kerbau. Harga satu kerbau ini dibanderol dengan harga yang fantastis, mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Bila ditelaah lebih dalam, Tau-Tau memiliki nilai filosofi lain yaitu posisi tangan kanan dari patung ini menghadap ke atas dan tangan kirinya menghadap ke bawah. Posisi ini memiliki arti yaitu tangan kanan keatas adalah meminta. dan tangan kiri kebawah adalah memberkati.
Meminta disini berarti orang yang sudah meninggal masih membutuhkan bantuan dari para keturunannya yang masih hidup, agar dapat mencapai Puya atau surga, tentunya melalui pelaksaan upacra adat.
Sedangkan memberkati, diartikan sebagai mereka yang sudah meninggal selalu menyertai kehidupan anak cucu mereka yang masih hidup.
Tongkonan, Rumah Adat Kebanggaan Toraja❤️
Di samping pemakaman kuno Lemo Toraja ini, terdapat sebuah tongkonan yang berjumlah 3 bangunan beserta 3 lumbungnya. Tongkonan berasal dari kata tongkon yang artinya duduk bersama-sama. Bangunan ini merupakan rumah adat dari masyarakat Toraja.
Tongkonan beratapkan susunan kayu bambu yang atapnya melengkung menyerupai perahu. Pada bagian depan berjejer tanduk kerbau, sementara itu bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan juga dapur.
Tiga lumbung padi yang berada persis di depan tongkonan disebut dengan ‘alang’. Tiangnya terbuat dari batang pohon palem, dan pada bagian depan lumbungnya diukir berbagai simbol seperti gambar ayam dan matahari atau masyarakat Toraja menyebutnya pa’bare’allo.
Tongkoan yang didirikan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Dirjen Kebudayaan ini digunakan sebagai lambang dalam Tallung Pananian, yaitu Para di Lemo, Arung di Rorre, dan Pong Letten di Limbu.
Rute Jalan dan Harga Tiket Masuk❤️
Lokasi persis dari Lemo Toraja ini berada di Jalan Poros Makale – Rantepao, Kecamatan Makale Utara, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Untuk mengunjungi lokasi ini terdapat beberapa pilihan alternatif yaitu Anda dapat menggunkan angkot Rantepao – Lemo dengan tarif Rp 3.000 atau ojek seharga Rp 5.000 sekali perjalanan.
Sisi Lain dari Lemo Toraja❤️
Di lokasi pemakaman ini, terdapat pedagang yang menjajakan banyak souvernir khas Toraja dan ada juga pengrajin Tau-Tau atau patung khas Toraja.
Selain kuburan batu ada juga kelompok pemberdayaan masyarakat sekitar kuburan Batu Lemo yang terdiri dari 3 kelompok meliputi kelompok Pemahat, kolompok Tari dan Kelompok Manik-manik.
Wisatawan dapat melihat proses pembuatan patung, dan manik-manik bahkan dapat belajar membuat manik-manik sendiri dibantu oleh pengrajin dilokasi ini.
Wadi Jazlan (pemilik terverifikasi) –
Kata bijak mengatakan, ‘Kesempatan datang tak terduga.’ Saya siap terkejut jika menang giveaway ini!
Priyah Ghaffar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan petani, tapi saya siap menanam keberuntungan untuk memanen hadiah giveaway ini.
Ghaffar Syarif (pemilik terverifikasi) –
Jika saya menang, saya janji akan… tetap update di media sosial. Prioritas kan?