Klenteng Tay Kak Sie Semarang

3 reviews

Rp61.200

Category:

Deskripsi

Lokasi: Jl. Gang Lombok No. 62, Purwodinatan, Semarang Tengah, Jawa Tengah 50188
Map: Klik Disini
Telepon: –

Buka Jam Berapa❤️

  • Jam Buka: 07.00-18.00 WIB

Harga Tiket Masuk❤️

  • HTM: Rp.3.000 per Orang

Bila sedang berlibur ke Semarang, sempatkanlah untuk datang ke Gang Lombok. Di jalanan itu nanti Anda akan menemui kawasan pecinan terbesar kota Jawa Tengah tersebut.

Saat masuk ke dalam gang ini, akan mendapati sebuah perahu besar replika perahu Laksamana Zheng He. Letaknya tepat berada di seberangnya, yakni sebuah tempat ibadah warga tionghoa bernama Klenteng Tay Kak Sie.

Dibangun sejak tahun 1746, kelenteng atau temple ini memiliki kisah sejarah cukup unik dan menyimpan makna tersendiri, terutama bagi warga sekitar yang memang sudah lama beribadah di sini.

Foto By @ricky__winardi

Makna yang terkandung dalam kalimat Tay Kak Sei sendiri memiliki arti yaitu Kuil Kesadaran Agung.

Seni arsitektur serta interior yang terdapat pada Klenteng Tay Kak Sie banyak berhiaskan ornamen dan simbol-simbol berkaitan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao, dan Konfusianisme.

Contohnya saja, pada bagian atap klenteng terdapat hiasan sepasang naga yang terlihat sedang memperebutkan matahari.

Foto By @laurence_suryanata

Berdasarkan cerita mitologi Tionghoa, naga adalah binatang yang melambangkan keadilan, kekuatan, dan penjaga barang-barang suci.

Naga atau Liong punya kekuatan untuk mengubah bentuknya, yang berarti memiliki kewaspadaan tinggi. Adanya sepasang naga di atap tersebut menunjukkan simbol penjaga klenteng dari pengaruh jahat.

Untuk segi arsitektur, klenteng ini adalah yang paling baik. Konstruksi gaya Tiongkok terlihat jelas sekali di bagian tiang penahan bangunan.

Di mana tiang penahan bingkai terbuat dari kayu berbentuk segitiga (dalam bahasa Mandarin disebut dou-gong) berfungsi untuk menahan kasa-kasa bagian atap depan dan mirip dengan bangunan klenteng di abad 19.

Liburan Religi❤️

Foto By @shafigh

Klenteng di jalan Gang Lombok nomor 62, Purwodinatan, Semarang Tengah ini menjadi sebuah obyek wisata yang bernuansa religi.

Lokasi klenteng yang tidak jauh dari pusat kota, menyebabkan banyaknya pengunjung yang datang ke sini. Untuk jam bukanya sendiri, dari pagi hingga sore hari dan dikenakan biaya tiket masuk Rp.3.000.

Saat hari-hari tertentu atau ketika dalam mengadakan acara ritual keagamaan, pasti akan sangat menarik minat banyak wisatawan. Walaupun demikian, para pengunjung tetap menghormati prosesi ibadah yang sedang berlangsung.

Foto By @arditara

Bagi sebagian masyarakat awam, mungkin menyebut klenteng sama dengan vihara. Padahal sebenarnya berbeda sekali.

Sama-sama tempat ibadah, namun klenteng adalah tempat ibadah warga tionghoa, sedangkan vihara untuk umat Budha.

Sejarah Singkat❤️

Foto By @ivanboediman

Sebuah peristiwa konflik yang melibatkan warga Tionghoa di Batavia dengan pemerintah Belanda dikhawatirkan akan menyebar hingga ke kota Ambarawa.

Akhirnya pemerintah Belanda menempatkan warga Tionghoa ke daerah Kali Semarang, sebuah kawasan Pecinan di Jawa tengah saat ini.

Sejak saat itu, warga Tionghoa yang ingin beribadah atau melaksanakan acara ritual harus dilakukan di klenteng Gedung Batu, Simongan.

Kegiatan ini dilangsungkan hampir setiap hari bahkan untuk memperingati para leluhur mereka dan juga persembahan pada dewa-dewi.

Jarak yang harus ditempuh oleh warga yang pergi ke Simongan bukanlah perkara mudah. Hal ini disebabkan kota Semarang kala itu masih terpusat di daerah kota lama.

Foto By @angelieivone

Pemicu paling utama adalah keadaan keamanan menghambat warga Tionghoa yang akan beribadah di klenteng tertua itu.

Lelah dengan kondisi tersebut, warga Tionghoa berencana mendirikan tempat ibadah di sekitar tempat mereka tinggal.

Dimulai dengan ide yang dilontarkan oleh pedagang bernama Khouw Ping (Xu Peng), dibangunlah rumah pemujaan Kwan Im Ting tahun 1724.

Tempatnya berada disamping sebuah kolam kecil, ditengahnya ada pohon asam yang rimbun dan ditempatkan agak jauh dari pemukiman warga.

Foto By @atanasia_rian

Klenteng yang dimaksudkan khusus ibadah ini, akhirnya menjadi pusat keramaian. Bahkan tempat tersebut selalu ramai dikunjungi warga setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek.

Klenteng Kwan Im Ting saat ini berada di tengah-tengah antara jln.otgandul Timur dan jln.Gang Cilik, lebih tepatnya di tengah jalan Gang Belakang.

Bale Kambang atau kolam kecil di sebelah klenteng Kwan Im Ting, harus ditutup untuk selamanya, setelah 200 tahun dan saat ini telah berdiri bangunan gudang di atasnya.

Lalu bagaimana klenteng Tay Kak Sie berdiri? Nah, Klenteng tersebut berdiri akibat dari adanya kegaduhan yang ditimbulkan oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab.

Foto By @jun_shiji

Menyebabkan warga harus memindahkan Kwan Im Ting ke tempat lebih luas dan aman. Wilayah yang dipilih pun tak jauh dari tepi Kali Semaran dan dikelilingi kebun lombok.

Para pedagang saat itu yang dipimpin oleh Khouw Ping dibantu oleh warga Tionghoa kemudian bahu membahu untuk menyumbangkan berbagai keperluan pendirian tempat ibadah baru.

Segala macam bentuk bantuan sangat berarti dalam pembangunan rumah ibadah yang baru ini. Berbagai kalangan warga Tionghoa juga tidak ragu untuk memberikan bantuannya.

Bahkan patung dewa-dewi yang digunakan sebagai sesembahan warga didatangkan langsung dari negeri tirai bambu Cina.

Inilah awal berdirinya sebuah klenteng yang memiliki arti Kuil Kesadaran, atau yag disebut saat ini sebagai klenteng Tay Kak Sie berdiri dengan begitu indah, megah dan tetap bersahaja di tengah warga pinggiran.

Tujuan awal dari berdirinya klenteng Tay Kak Sie adalah untuk Im Poo Sat(Dewi Welas Asih-Avalokiteswara) dari Kwan Im Ting.

Acara ritual pemindahan patung dan abu dupa ke Tay Kak Sie pun dilaksanakan secara mewah. Bahkan untuk melengkapi acara ritual, diadakan pertunjukan wayang potehi selama dua bulan.

Mengubah Keadaan
❤️

Foto By @dedew_writer

Klenteng Tay Kak Sie atau lebih sering dikenal dengan klenteng Gang Lombok, berhasil mengunah kehidupan para warga di sekitar Kali Semarang.

Keadaan saat itu begitu ramai dan pesat. Terutama sebagai wilayah perdagangan tempat bongkar muat kapal.

Wilayang bongkar muat kapal tersebut berada tidak jauh dari klenteng Tay Kak Sie dan juga sebagian besar gudang penyimpanan adalah milik Khouw Ping, seorang dengan jasa besar dalam mengubah keadaan warga Tionghoa pinggiran saat itu.

Foto By @lim_winasdy

Sebuah kali yang akhirnya disebut sebagai sungainya Khouw Ping atau yang awam disebut saat ini sebagai Kali Koping.

Sebuah kali atau sungai sebagai saksi sejarah yang sangat penting terhadap perkembangan warga Tionghoa di Semarang.

Itulah uraian singkat mengenai Klenteng Tay Kak Sie. Jangan lupa memasukkanya dalam daftar kunjungan Anda selama berlibur di Semarang ya! Dijamin deh tidak akan menyesal bila datang ke kuil ini.

  1. Ubaidullah Fadhlur Rahman (pemilik terverifikasi)

    Semoga beruntung itu saya, kalau bukan saya ya semoga tetap saya.

  2. Tajuddin Zainur Rahman (pemilik terverifikasi)

    Kata orang bijak, rejeki nggak akan tertukar. Tapi kalau giveaway ini tertukar ke saya, nggak apa-apa kan?

  3. Ghonim Musthafa Adli (pemilik terverifikasi)

    Saya tidak minta banyak, hanya minta satu: hadiah giveaway ini. Itu saja, kok.

Tambahkan ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *