Deskripsi
Lokasi: Jl. Singaraja-Gilimanuk, Banyupoh, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali 81155
Map: Klik Disini
HTM: –
Buka Tutup: 08.00-17.00
Telepon: –
Satu lagi kawasan wisata religi yang berada di Bali, Pura Pulaki. Pura ini terletak di Buleleng. Alamat tepatnya di jalan Singaraja-Gilimanuk, Banyupoh, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
Untuk sebuah lokasi wisata religi, kawasan pura Pulaki termasuk sangat suci dan religius. Ditambah dengan pemandangan alam yang indah berada di sekitar pura.
Lokasi pura juga terlihat begitu sempurna nan eksotis. Berada di atas tebing yang berbatu, serta bukit terjal dan menghadap langsung ke laut. Udara di sekitarnya juga sudah pasti sangat sejuk.
Bila Anda berkunjung ke sini, juga akan disambut oleh kawanan kera yang tinggal di sekitar pura. Inilah daya tarik utamanya, sebuah tempat ibadah yang menjadi lokasi wisata religi nan eksotis.
Selain digunakan sebagai tempat sembahyang sehari-hari, juga rutin mengadakan piodalan, yaitu upacara atau ritual yang ditujukan pada Sang Hyang Widhi dengan dipimpin seorang pemangku setempat. Piodalan di sini diadakan saat Purnama Sasih kapat.
Sejarah Berdirinya
❤️
Ada makna tersendiri dibalik berdirinya sebuah pura di atas bukit berbatu yang terjal ini. Menurut budayawan Bali, masyarakat zaman dahulu menganggap gunung atau bukit yang tinggi ini sebagai tempat suci dan merupakan stana dewa, serta tempat suci untuk rok leluhur.
Pura Pulaki sendiri diperkirakan telah berdiri sejak zaman prasejarah.
Dari segi lokasi juga, Pura Pulaki berada tepat di Teluk Pulaki dan terdapat berbagai macam sumber air tawar. Hal ini dapat membuktikan juga, bahwa tempat ini telah disinggahi berabad-abad yang lalu.
Menurut penjelasan budayawan Bali tersebut, tempat ini juga menjadi pusat penyebaran agama hindu Waisnawa pada tahun 1380 M.
Bukti lainnya bahwa Pura Pulaki sudah berdiri sejak zaman prasejarah adalah ditemukannya berbagai macam alat perkakas zaman dahulu untuk pendirian sebuah pura, seperti batu tempel. Alat-alat ini ditemukan di dekat Pura Melanting yang tidak jauh dari Pura Pulaki.
Bila ada alat perkakas zaman dahulu, pastinya ada bangunan yang dibentuk. Selain pura, ternyata juga ditemukan sebuah candi di sekitar Pura Belatungan.
Semakin menunjukkan bahwa Pura Pulaki sudah ada sejak zaman sebelum masehi, didukung juga dengan bentuk struktur bangunan yang mirip dengan bangunan zaman prasejarah.
Cerita sejarah lainnya juga menyatakan bahwa Pura Pulaki menjadi tempat sembahyang untuk pemujaan Sri Patni Kaniten yang agung, dimana Sri Patni telah mencapai moksa berkat ajaran Danghyang Nirartha.
Hal ini membuat Sri Patni Kaniten dipuja layaknya Dewa dan menjadi Bhatari Dalem Ketut.
Adanya Pura Melanting di sekitar kawasan Pura Pulaki, didasarkan pada tirtayatra yang berasal dari Danghyang Nirartha. Pengertian dari tirta yatra sendiri adalah melakukan sebuah perjalanan suci untuk mendapatkan air suci.
Perjalanan suci ini nyatanya telah dilakukan sejak lama, mengingat hal ini lebih mudah dilakukan untuk setiap kalangan sosial masyarakat.
Makna yang sangat berarti dalam melakukan perjalanan suci ini adalah adanya pengendalian diri, nantinya akan meningkatkan keakraban antara pelaku tirtayatra. Mendamaikan antara umat juga. Sehingga akan terjadi komunikasi sosial yang positif.
Dikatakan juga dalam sebuah artikel atau riwayat, bahwa Pura Pulaki merupakan pusat pura Melanting di Bali.
Bersama dengan pura pesanakan lainnya yang lokasinya juga berdekatan dengan pura Pulaki, yaitu Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Pemuteran, Pura Melanting, Pura Taman, Pura Pegaluhan, Pura Pucak Manik.
Dari tujuh lokasi pura pesanakan ini memiliki filosofi dalam konsep hindu yaitu sapta loka. Hal ini berkaitan tentang sapta patala, yang merupakan tujuh lapisan alam semesta.
Di dalam Pura Pulaki terdapat sebuah tempat yang sangat dijaga sekali kesuciannya. Tempat ini dinamakan dengan pelinggih utama atau Utamaning Mandala. Bahkan tidak dapat dimasuki oleh pemangku adat sekalipun.
Kecuali pada ritual atau upacara yang dikhususkan seperti upacara ngeteg linggih, pelinggih utama dapat dimasuki.
Filosofi Pura Pulaki❤️
Ada sebuah puisi yang menggambarkan kesucian dan kemakmuran di Pura Pulaki:
Yadnyadanatapah karmana
Tyajyam karyam eva tat.
Yadnyodanam tapas vaiva
Pavanani maniinam.
Makna dari puisi tersebut adalah hendaknya melakukan dana, yadnya dan tapa tidak pernah dihentikan. Sebab, dana, yadnya dan tapa itulah yang akan menyucikan orang-orang yang bijaksana.
Maksud dari dana di sini adalah memberikan materi ataupun non materi, dengan begitu manusia hendaklah hidup saling beryadnya. Ini artinya, dana tersebut harus dikembangkan supaya dapat saling memelihara berdasarkan yadnya dalam hidup bersama.
Namun, dalam menjalani kehidupan ini pastinya terdapat banyak godaan, maka diharuskan untuk bertapa, supaya kuat menghadapi godaan.
Bila di deskripsikan dalami kehidupan nyata, dana dan yadnya berpengaruh sangat besar dalam bisnis di pasar. Di sini pedangan dan pembeli saling beryadnya dalam kehidupan bisnis, artinya saling memberikan manfaat.
Pedagang menyediakan dana dalam bentuk jasa dan barang, dan pembeli memberikan nilai pada barang dan jasa yang telah disediakan.
Tentunya disertai dengan kejujuran yang berasal dari tapa. Fungsi dari tapa ini adalah supaya pedagang dan pembeli dapat menahan diri untuk tidak bersikap tidak jujur dalam jual beli.
Oleh karena itu, di setiap pasar umat hindu Bali, terdapat Pura Melanting untuk memuja dewa dan tetap menjaga proses jual beli di pasar secara jujur.
Kisah tentang Pura Pulaki disampaikan dalam pura purana dan juga daun lontar. Di antaranya adalah Lontar Babad Bali Radjiya, Babad Bhatara Sakti Bahu Rawuh dan Sejarah Pura Gede Pulaki. Dikisahkan, bahwa berdirinya Pura Pulaki berkaitan dengan datangnya Mpu Dang Hyang Nirartha dari Majapahit ke Bali.
Legenda yang berawal sejak Mpu DangHyang Nirartha menginjakkan kaki di Bali adalah beliau menjumpai seekor naga besar dengan mulut yang menganga lebar. Kemudian masuk ke dalam mulut naga.
Di dalamnya ditemui sebuah taman indah berhiaskan bunga tunjung merah, putih, hitam. Bunga padma hitam dan merah disumpangkan di kedua telinganya. Sedangkan yang putih dipegang dengan kedua tangannya di depan dada.
Setelah keluar dari mulut naga, taka da satu pun keluarganya yang mengenalinya dan akhirnya terpencar. Istrinya berusaha mengumpulkan kembali anak-anaknya, dan satu yang tidak dapat ditemukan yaitu Ida ayu Swabhawa, yang kemudian menjadi dewa pasar atau Dewa Melanting.
Selanjutnya distanakan di Pura Melanting. Di sebelah Pura Melanting juga terdapat stana DangHyang Nirartha, dinamakan Pura Tedung jagat, yang saat ini disebut Pura Pulaki.
Oleh karenanya pura Melanting dan Pura Pulaki dianggap predana-purusa, yaitu tempat pemujaan untuk permohonan kemakmuran.
Fungsi pura pesanakan di sekitar Pura Pulaki adalah Pura Pabean, Pura Batur dan Besakih yang digunakan sebagai tempat pemujaan para nelayan dan pedagang antarpulau. Pura Kertha Kawat berfungsi untuk stana Tuhan memohon tegaknya etika dan hukum dalam berdagang.
Menenangkan Pikiran❤️
Di negeri yang dikenal dengan wilayah Kintamani ini memang lengkap dengan spot wisata. Mulai dari wisata hiburan hingga temple visit vacation semua ada di sini.
Bila Anda cek wikipedia untuk mencari ragam wisata yang ada di Bali juga bisa, lengkap dengan gambar atau foto dan denah tentang lokasi wisata yang akan dituju.
Untuk menuju lokasi wisata tertentu, dapat gunakan google map untuk memudahkan pencarian dan segera tiba di lokasi yang ingin dituju.Bila beruntung, dapat menyaksikan upacara odalan atau piodalan yang diadakan rutin di Bali.
Barra Hanif (pemilik terverifikasi) –
Mereka bilang follow your dreams, jadi saya follow akun ini biar bisa menang giveaway.
Amir Aqil Jazim (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang undian, kecuali undian napas setiap hari. Semoga giveaway ini jadi awal yang manis!
Fadhlur Rahman Al-Kausar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penjaga zoo, tapi saya siap jaga hadiah giveaway ini lebih baik dari menjaga hewan.