Deskripsi
Lokasi: Jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara 20242
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Tutup: 05.00-22.00
Telepon: 0823-1207-2150
Masjid Raya Medan adalah salah satu tempat ibadah yang memiliki bentuk bangunan yang sangat indah dan menjadi salah satu ikon di kota Medan.
Nama sebenarnya adalah Masjid Al Ma’shun, namun masyarakat di sekitarnya lebih suka menyebutnya dengan Masjid Raya yang menjadi populer sampai hari ini.
Masjid ini juga termasuk salah satu bangunan cagar budaya di kota Medan karena sudah berusia lebih dari 1 abad dan menjadi bagian kekayaan budaya di Indonesia.
Lokasi masjid memang sangat strategis berada di jantung kota Medan dan depan masjid terdapat perempatan jalur yang sangat padat yang biasa dilewati angkot di Jl.Sisingamangaraja.
Tentu saja masjid ini menjadi pilihan tepat bagi para pengguna jalan untuk mampir pada saat waktu sholat tiba.
Letak masjid masih berada dalam kompleks kesultanan Deli dan jaraknya hanya 200 meter. Masjid ini dibangun diatas tanah dengan luas 13.200 meter persegi namun masih menyisakan ruang terbuka di sekelilingnya.
Lahan di belakang masjid tersebut digunakan sebagai kompleks pemakaman keluarga kesultanan Deli.
Masjid Al Ma’shun di bangun pada tahun 1906 dan selesai tahun 1909 dengan menggunakan bahan bangunan yang berkualitas tinggi seperti marmer, keramik, beton dan lainnya.
Pembangunan masjid menghabiskan dana yang sangat mahal sekitar 1 juta Gulden karena sebagian bahan bangunan didatangkan dari luar negeri.
Biaya pembangunan tempat ibadah ini didanai sendiri oleh Sultan Mahmud Al Rashid Perkasa Alamsyah sebagai Sultan di kerajaan Deli.
Hal ini karena Sultan Mahmud memiliki pemahaman bahwa rumah ibadah lebih penting daripada istananya sendiri sehingga bangunannya harus lebih megah dari tempat kediamannya.
Arsitektur bangunan mengambil corak dan gaya dari Timur Tengah, Melayu dan lainnya dengan bentuk kubah di atasnya.
Terdapat 5 kubah diatas bangunan dengan 1 kubah yang paling besar berada di tengah dan 4 kubah lainnya berada di setiap sisi.
Bentuk kubah mengambil gaya Timur Tengah seperti yang ada di Masjid Raya Al-Osmani yang dibangun pada jaman ayahnya yaitu Sultan Osman Perkasa Alam di daerah Labuhan.
Bangunan Mesjid berbentuk segi delapan dan menjadi keunikan tersendiri karena berbeda dari masjid pada umumnya yang berbentuk segi empat.
Bangunan luar merupakan perpaduan seni dan gaya dari Timur Tengah yang memiliki banyak tiang penyangga dan celah serta jendela kaca.
Sedangkan Interior masjid mengambil gaya Timur Tengah dan Melayu serta Eropa dengan banyak hiasan di setiap dinding dan atap serta pintunya.
Dekorasi dinding masjid lebih banyak menggunakan gaya minimalis dengan hiasan kotak-kotak dan bulat berwarna kuning di seluruh dinding ruangan.
Hiasan ini adalah salah satu keistimewaan masjid ini karena jarang tempat ibadah Islam yang menggunakan interior seperti ini.
Tentu saja warna kuning sangat mendominasi ruangan masjid karena warna ini adalah kebanggaan masyarakat Deli.
Pada dinding bagian atas terdapat banyak jendela paten yang dihiasi dengan kaca patri sehingga menambah penerangan ruangan.
Untuk lantainya sudah menggunakan bahan keramik sejak dahulu dengan hiasan minimalis warna hijau, kuning dan biru.
Pada tengah ruangan menggunakan 8 tiang berukuran besar sebagi penyangga atap yang dibuat dari bahan marmer murni berwarna kuning langsat.
Tiang tersebut berbentuk bulat panjang dari marmer sebagai simbol kemegahan beberapa kerajaan di Timur Tengah tempo dulu. Posisi tiang memang tidak sejajar dan membentuk sebuah lingkaran dari setiap sisi sehingga pada tengahnya terlihat lebih lebar.
Ruangan utama masjid mampu menampung jamaah sebanyak 1500 orang ketika melaksanakan ibadah sholat dan kegiatan lainnya.
Di atas tiang penyangga terdapat cekungan setengah lingkaran seperti yang ada pada masjid-masjid lainnya, namun dengan hiasan pada masjid ini sedikit berbeda.
Pada cekungan bagian dalam menggunakan warna hijau dan kuning langsat sehingga tampak berkilau seperti emas.
Pada cekungan luar terdapat warna coklat dengan garis-garis putih yang berjajar pada lingkaran tersebut serta warna hijau muda di pinggirnya.
Ruangan utama masjid di kelilingi pintu masuk sebanyak 7 buah sehingga para jamaah bisa masuk dari segala sisi.
Selain itu, para jamaah juga tidap perlu berdesak-desakkan ketika akan masuk dan keluar dari ruangan utama. Setiap pintu menggunakan kayu dengan ukiran kotak-kotak gaya Melayu berwarna kuning dan hijau.
Hiasan pintu tersebut memang memiliki corak dan gaya yang unik dan jarang ditemukan pada masjid lain dan mungkin saja di Indonesia hanya ada di kota Medan.
Tempat imam juga menggunakan hiasan marmer yang berwarna hijau muda sehingga terlihat semakin indah dan berkilau.
Di sebelah kirinya terdapat mihrab yang sangat tinggi dengan anak tangga yang terbuat dari kayu berbentuk sebuah menara dengan sebuah kubah kecil diatasnya.
Mihrab di cat dengan warna putih dan kubahnya berwarna hitam. Di sebelah kanan tempat imam ada sebuah jam lemari kuno yang terbuat dari kayu berwarna hitam dan melengkapi keindahan ruangan masjid.
Sedangkan pada atap masjid di dekorasi hiasan yang indah dengan delapan garis di setiap sisinya yang mengarah pada tiang penyangga.
Pada pinggir garis tersebut berwarna hijau muda dan di tengahnya dihiasi dengan warna putih sehingga tampak lebih mencolok.
Pada bagian bawah kubah di hiasi dengan warna coklat dengan celah berlubang sebanyak 16 buah yang memiliki fungsi untuk penerangan ruangan dan sirkulasi udara.
Posisi lantai masjid memang lebih tinggi dari halaman luar dan untuk memasuki ruangan utama perlu menaiki tangga di depan pintu masuk.
Memasuki pintu utama ada sebuah ruangan kecil sebelum ruangan utama dan terdapat dua lorong di sebelah kiri dan kanannya.
Ruangan kecil ini memang seperti sebuah ruang selamat datang sebagai penyambutan tamu sebelum memasuki ruangan utama.
Dalam budaya Islam, biasanya ruangan kecil seperti ini digunakan untuk berkumpul dan bermusyawarah ataupun majlis sebagai tempat untuk belajar dan mengkaji ilmu agama.
Di samping kiri masjid terdapat sebuah taman dengan padang rumput serta tanaman bunga dan juga jalan setapak yang menghubungkan dengan kompleks makam keluarga Sultan Deli.
Tanaman yang tumbuh di taman ini diantaranya pohon palem, pohon kamboja dan ada pula sebuah kolam bulat dengan air mancur.
Di sudut taman terdapat sebuah menara tinggi yang berdiri kokoh selama ratusan tahun. Posisi menara ini memang sudah agak miring akibat guncangan gempa yang terjadi beberapa tahun lalu, namun tidak sampai membuat menara ini roboh.
Samping sebelah kanan masjid terdapat sebuah bangunan kecil yang digunakan untuk tempat wudhu atau mensucikan diri sebelum jamaah melakukan ibadah sholat.
Bangunan ruang wudhu memang unik karena memiliki ruangan kecil di dalamnya yang terdapat sebuah kolam dengan air mancur.
Di setiap sisi kolam terdapat lubang yang mengalirkan air dan biasa digunakan untuk berwudhu. Sedangkan ruang lainnya di samping kanan dan kirinya juga sebagai tempat wudhu, namun menggunakan kran dan jumlahnya lebih dari 20 buah.
Untuk fasilitas toilet berada di bangunan yang lebih kecil di sebelahnya sehingga kondisi tempat wudhu bisa terjaga kebersihannya.
Selain itu, para jamaah dan pengunung bisa lebih tertib jika ruangan untuk bersuci dan toilet dipisahkan sehingga sirkulasi para jamaah yang keluar masuk bisa tertata.
Di sebelah bangunan toilet ada juga bangunan kecil yang digunakan pihak pengurus sebagai pusat informasi jadwal dan kegiatan masjid.
Halaman depan masjid juga sudah dihiasi dengan lantai keramik sehingga kondisinya lebih cantik dan mudah di bersihkan.
Biasanya halaman depan digunakan untuk kegiatan ibadah pada hari raya sehingga lebih meriah dan bisa menampung lebih banyak jamaah.
Selain itu, juga biasa digunakan untuk event-event penting seperti kegiatan Ramadhan Fair serta kegiatan bimbingan praktek haji dan umroh.
Banyak juga masyarakat setempat yang senang berada di halaman ketika malam hari karena suasananya sangat nyaman untuk bersantai.
Konstruksi bangunan Masjid Raya Medan yang megah dan indah mampu menarik banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Biasanya wisatawan dari dalam negeri yang berasal dari luar kota maupun luar propinsi datang bersama rombongan dengan menggunakan bis.
Hal ini karena banyak umat Muslim yang memiliki program wisata religi dan salah satu tujuannya adalah Masjid Al Ma’shun.
Selain itu, banyak juga wisatawan non muslim yang datang mengunjungi masjid untuk melihat bangunan mewah ini yang memiliki nilai historis yang tinggi sebagai khasanah budaya bumi Nusantara.
Sementara wisatawan dari luar negeri banyak juga yang datang untuk menyambangi masjid karena ingin tahu lebih dalam tentang sejarah dan arsitektur bangunannya.
Bagi para wisatawan non muslim dan wisatawan luar negeri yang memakai celana pendek, akan dipinjami sebuah sarung oleh pengurus masjid.
Sedangkan bagi pengunjung wanita, akan dipinjami sebuah kerudung atau penutup kepala ketika akan memasuki ruang utama masjid.
Tentunya masjid ini terbuka bagi siapa saja yang datang ingin berkunjung secara gratis serta tidak perlu membayar tiket masuk.
Setiap pengunjung dijinkan untuk memasuki ruangan utama dan mengambil gambar untuk dijadikan koleksi foto pribadi atau lainnya.
Banyak juga para pengunjung yang melakukan selfie dan menjadikan bangunan dan interior masjid sebagai background foto.
Para pengunjung bisa bebas mengambil gambar apa saja di sekitar masjid, namun harus tetap menjaga kesopanan.
Pada bulan Ramadhan, Masjid Raya Medan selalu dibanjiri banyak jamaah mulai dari sore hari sampai tengah malam.
Ketika sore hari, banyak jamaah dari kota Medan dan sekitarnya yang datang ke masjid untuk menunggu saat berbuka puasa atau ngabuburit di halaman masjid.
Banyak juga pengunjung yang duduk santai di halaman depan bersama keluarga atau taman-temannya.
Sementara itu di depan pintu gerbang, panitia buka puasa sibuk menata meja sebagai tempat untuk meletakkan makanan.
Pihak panitia masjid menyediakan fasilitas takjil atau makanan gratis bagi siapa saja untuk berbuka puasa. Menu makanan yang menjadi ciri khas adalah bubur sup yang berisi bubur, sayuran dan daging.
Setiap hari panitia masjid menyediakan bubur sup sebanyak 1000 porsi kepada jamaah yang akan berbuka puasa.
Hotel Terdekat❤️
Hotel yang paling dekat adalah Madani Syariah Hotel yang berada di sebelah utara masjid dengan jarak sekitar 30 meter di seberang jalan.
Hotel Madani memiliki gedung besar dan mewah yang terdiri dari 6 lantai dengan fasilitas 362 kamar tidur.
Hotel ini menawarkan fasilitas kelas menegah keatas dengan layanan bintang 5 dan interior kamar yang super mewah untuk kenyamanan para pengunjung dan view Masjid Raya.
Memiliki 2 restoran dan salah satunya restoran outdoor dengan fasilitas pemandangan yang langsung mengarah ke Masjid Raya karena alamat hotel juga sama.
Penginapan terdekat kedua adalah Residence Hotel yang berada di selatan masjid dengan jarak sekitar 30 meter.
Hotel ini memiliki bangunan minimalis warna hijau tua dan hijau muda yang memiliki 3 lantai. Lokasinya sangat strategis di tengah kota sehingga lebih mudah untuk menjangkau beberapa tempat wisata.
Harga kamar juga sangat murah sekitar 100 sampai 250 ribu saja. Ruangan kamar sangat bersih dan rapi sehingga para pengunjung bisa beristirahat dengan nyaman.
Ruangan restoran juga bersih dan rapi yang menawarkan beberapa menu spesial masakan Sumatera Utara.
Sedangkan Rumah penginapan terdekat ketiga adalah Hotel Wisma Yuli yang berada di sebelah timur sekitar 50 meter. Hotel dengan bangunan berwarna merah ini memiliki fasilitas 74 kamar tidur untuk kelas menengah kebawah.
Harga yang ditawarkan juga sangat murah dari 100ribu sampai 250 ribu dengan kamar yang bersih dan rapi. Hotel ini berada dekat dengan masjid Agung Medan jaraknya hanya sekitar 75 meter dan mudah dijangkau dengan angkot.
Sejarah Tempo Dulu Dibangun Pada Masa Kerajaan ❤️
Asal mula pembangunan masjid terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Al Rashid Perkasa Alamsyah yang memimpin di kerajaan Deli untuk membangun tempat ibadah bagi masyarakat.
Kemudian sultan mengirimkan beberapa orang pergi ke Timur Tengah untuk melihat dan menggambar kondisi bangunan masjid yang ada di sana sebagai contoh.
Setelah mereka pulang, maka sultan bisa mengambil keputusan untuk membuat model masjid yang akan dibangun.
Selanjutnya sultan menerbangkan layang-layang dengan sebuah kertas yang akan dijatuhkan untuk menentukan lokasi tanah yang akan dibangun.
Hal ini agar masyarakat tidak kecewa dengan penentuan letak masjid yang akan didirikan. Pembangunan Masjid Raya Medan dilakukan dengan sangat hati-hati hingga sampai 3 tahun lamanya dan menggunakan bahan-bahan pilihan.
Hasilnya, konstruksi bangunan bisa bertahan sampai hari ini dan belum pernah dilakukan renovasi gedung. Sedangkan warna bangunan masjid selalu dipoles dengan cat baru, namun tetap mempertahankan warna seperti dahulu kala.
Pada awalnya, halaman masjid adalah padang rumput yang luas di seluruh area masjid. Namun tampaknya rumput yang tumbuh di halaman mengurangi keindahan masjid.
Akhirnya pihak pengelola masjid dan pemerintah kota memutuskan untuk membuat lantai halaman depan masjid menggunakan keramik sehingga bisa menambah keindahan.
Cerita tentang latar belakang berdirinya masjid secara lengkap memang sangat menarik sehingga ada beberapa blogger yang menulis artikel tersebut dalam bahasa Inggris dengan judul History of Medan and Al Ma’shun Mosque.
Kisah pembangunan masjid megah ini juga sudah turun temurun sampai ke anak cucu hingga sekarang.
Tanim Izhan (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Dzakki Asla’ Muyassar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penjaga zoo, tapi saya siap jaga hadiah giveaway ini lebih baik dari menjaga hewan.
Jabari Mushlih Mu’tashim (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang lotre, tapi saya yakin giveaway ini adalah lotre yang pasti menang. Percaya deh!