Deskripsi
Lokasi: Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Map: Klik Disini
HTM: Rp 10.000/ orang
Buka/Tutup: Senin-Minggu (06.00-17.00 WIB)
Telepon: N/A
Candi Bubrah merupakan salah satu candi bercorak Budha, peninggalan kerajaan Kalingga yang terletak di kawasan Taman Wisata Prambanan, yakni di antara Candi Sewu dan Percandian Rara Jonggrang.
Istilah “bubrah” pada nama tempat wisata ini memiliki pengertian rusak (dalam bahasa Jawa) karena memang keadaan candi sudah rusak sejak ditemukan. Diperkirakan, candi dibangun pada abad ke-9, yakni pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan satu periode dengan Candi Sewu.
Candi Bubrah memiliki ukuran 12 m x 12 m dan terbuat dari jenis batu andesit. Sisa reruntuhan bangunan tinggal setinggi 2 meter saja. Pada saat ditemukan, terdapat beberapa arca Budha, meskipun tidak utuh lagi.
Pemugaran dilakukan pada tahun 2016 dan selesai satu tahun berikutnya. Pemugaran ini berfungsi untuk merekonstruksi bangunan.
Sumber lain mengatakan bahwa tempat wisata ini berlokasi di dea Tempur, kecamatan Tempur, kabupaten Jepara.
Mungkin lokasinya yang saling berbatasan, seperti ada juga yang menyatakan berada di lokasi taman Martani, kalasan, Sleman, Yogyakarta, Tlogo, Prambanan, Klaten Regency, Central Java.
Keunikan
❤️
Diyakini, pendirian candi Bubrah memiliki masa yang sama dengan Candi Sewu dan Lumbung karena ketiganya memiliki satu kesatuan mandala bercorak Budhist.
Prasasti Manjusrigrha berangka tahun 714 Saka atau 792 Masehi menyebutkan peresmian prasada atau tempat pemujaan Manjusri sebagai dewa pelindung kerajaan dan dinasti Syailendra.
Rakai Panangkaran atau yang sering disebut sebagai Syailendra Wangsa Tilka atau mutiara dari keluarga Syailendra telah membangun kawasan tempat pemujaan ini. Ia menjadi tokoh gilang gemilang pada masa Mataram Kuno.
Rakai Panangkaran merupakan pemimpin dinasti Syailendra. Dulunya, ia beragama Hindu atau Siwa, tapi kemudian sang Ayah memerintahkannya untuk berpindah agama menjadi Budha. Sejak saat itulah, ia menjadi seorang Budhist yang begitu taat.
Selain candi Bubrah, Rakai Panangkaran juga membangun Candi Sewu, Sari dan Kalasan yang berguna sebagai perembahan untuk Dewi Tara. Sayangnya, ketika semua bangunan tersebut berdiri kokoh dan paripurna, Rakai Panangkaran sudah wafat.
Peresmian dilakukan oleh Rakai Panaraban sebagai pengganti Rakai Panangkaran. Candi Bubrah adalah satu-satunya bangunan yang menghadap ke timur, serupa dengan komplek Candi Prambanan.
Bangunan candi terlihat ramping dan tinggi dengan atap stupa sebagai simbol Gunung Meru. Susunan stupa induk memiliki konsep pantheon dalam agama Budha di mana ada satu stupa yang dikelilingi oleh delapan stupa dan kemudian dikelilingi oleh enam belas stupa.
Terdapat relung-relung yang berisi arca Dhyani Budha pada bagian luar tubuh candi. Relung barat berisi Dhyani Budha Amitabha, sedangkan relung utara berisi Dhyani Budha Amogasiddhi.
Relung timur berisi arca Dhyani Budha Aksobhya dan relung selatan berisi Dhyani Budha Ratnaambhawa.
Setelah melihat arca pada setiap sisi, pasti Anda akan menemukan perbedaannya, yaitu pada posisi duduk dan tangannya.
Dikutip dari terbitan BPCB Jateng, bahwa candi Bubrah memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh berbagai candi Budha yang lain. Keunikan tersebut antara lain motif hiasan taman teratai yang ada di lapik bawah padmasina pada Dhyani Budha.
Selain itu, terdapat motif hias yang mengisi bidang lain, yakni pada bagian pagar langkan, atap, tubuh dan kaki. Satu motif hias yang menjadi ciri candi Bubrah adalah hiasan ceplok bunga di pagar langkan sisi luar.
Meskipun sudah tidak lengkap, tapi kita masih dapat merunut gambaran keindahannya pada masa lalu. Kini, motif hiasan khas pada Candi Bubrah dijadikan sebagai motif batik dan diproduksi oleh warga sekitar sebagai souvenir.
Terdapat hiasan menarik lain yang berguna sebagai saluran buang air atau drainase. Jaladwara digambarakan dengan bentuk makhluk bergigi taring, bersurai, memiliki belalai dan bergelung dengan posisi membuka mulut.
Keunikan Candi Bubrah secara filosofis simbolik tercatat dalam kitab mana pun dan tidak dimiliki oleh berbagai candi. Keunikan tersebut berupa simbolisasi dua konsep mandala, yaitu Garbhadhatu Mandala dan Vajradhatu Mandala.
Konsep mandalam dalam ajaran Hindu dikenal dengan Lingga dan Yoni sebagai lambang maskulinitas dan feminimitas. Kedua hal ini selalu mewarnai perlambang kehidupan semesta.
Konsep Garbhadhatu diwakili oleh altar dan relung untuk Tri Ratna, yakni sebuah penggambaran teratai dengan 16 Buddhistisattwa utama 16 kelopak perlambang, sementara konsel Vajradatu diwakili kehadiaran arca Dhyani Budha dari empat arah mata angin.
Kedua konsep ini bersatu dalam satu bangunan sehingga menimbulkan berbagai interpretasi. Salah satu interpretasi yang diyakini adalah perwujudan Yab Yum, dewa dewi sebagai wujud dari Adi Budha.
Yab Yum terdiri dari dua istilah dalam bahasa Tibet, yakni Yab artinya ayah yang agung dan Yum berarti ibu yang agung. Artinya, merekalah orang tua semesta atau asal muasal semua kehidupan di dunia.
Sebagai satu kesatuan mandala Budha, sekarang bisa dipahami mengenai tahap ritual keagamaan pada masa kuno.
Tahap ini diawali dari Candi Sewu sebagai perlambang konsep Vajradhatu Mandala, kemudian berlanjut ke Candi Lumbung sebagai perlambang konsep Garbhadhatu Mandala.
Upacara akan diakhiri di Candi Bubrah yang melambangkan penyatuan dua konsep semesta. Inilah artikel mengenai sejarah tempat wisata di kota Klaten dan Jogja.
Belajar dari Serajah❤️
Liburan dapat dimanfaatkan dengan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Dari sana kita tidak hanya berlibur tapi juga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai kehidupan zaman dulu.
Anda bisa berkeliling untuk melihat berbagai relung, arca dan relief yang terdapat pada tempat wisata ini. Anda akan melihat dengan takjub ukiran yang menarik dan mengandung cerita pada masa lalu itu. Jadi, waktu liburan Anda akan lebih bermanfaat.
Kegiatan di Candi Bubrah❤️
Seperti halnya di tempat wisata candi lainnya, kita bisa berkeliling menikmati suasana masa lampau khas Kerajaan Mataram Kuno dengan semilir angin sejuk. Anda wajib mengabadikan foto di tempat yang menakjubkan dengan keindahan pemandangan di kawasan Candi Bubrah.
Setelah Anda berkunjung ke tempat wisata ini, tidak ada salahya juga melihat bangunan bersejarah lainnya di Karangnongko.
Irsyad Akmali Fikri (pemilik terverifikasi) –
Saya sudah siapkan spanduk ‘Pemenang Giveaway’, tinggal nunggu nama saya yang diumumkan saja.
Khairan Delvin Arsalan (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pandai merayu, tapi kalau soal menang giveaway, bolehlah dicoba.
Syamsan Athariz (pemilik terverifikasi) –
Komentar ini mungkin tidak lucu, tapi kalau saya yang menang, pasti semua tertawa.