Deskripsi
Lokasi: Lodoyong, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah 50611
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Tutup: Sabtu-Kamis 08.30 – 16.30
Telepon: –
Tempat Bersejarah❤️
Indonesia memiliki banyak sekali tempat bersejarah yang mungkin tidak banyak diketahui orang. Bila Anda melihat bangunan di sekitar, contohnya gedung peninggalan zaman Belanda ataupun Jepang, mungkin terasa biasa saja.
Tidak ada ketertarikan untuk mengetahui cerita perih yang tersembunyi dibalik kokohnya bangunan itu ataupun asal-usul mengapa ia didirikan.
Salah satu bangunan bersejarah yang ramai dibicarakan orang karena tempatnya seperti di film-film adalah Fort Willem 1 atau lebih sering didengar dengan nama Benteng Pendem Ambarawa di Kota Semarang.
Bila Anda berkunjung ke Ambarawa, mungkin tidak ada salahnya untuk mampir sejenak menikmati suasana di Benteng Pendem ini.
Apalagi untuk Anda penggemar dunia fotografi, jangan lewatkan kesempatan mengabadikan diri menggunakan latar belakang Benteng Ambarawa yang eksotis ini.
Sebagai informasi, Benteng Ambarawa ini biasa digunakan sebagai foto prewedding ataupun tempat syuting film, salah satu contohnya film Soekarno yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Pesona Benteng
❤️
Mungkin bagi kalian yang bermukim di luar Jawa, Benteng Pendem Ambarawa terdengar asing. Tidak seperti objek wisata lain yang berada di Jawa Tengah seperti Candi Borobudur ataupun objek wisata lainnya.
Hal ini karena memang Benteng Pendem Ambarawa bukan benar-benar sebuah objek wisata seperti yang biasa Anda kunjungi.
Benteng Pendem Ambarawa atau Fort Willem I merupakan sebuah bangunan tua yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Dalam bahasa Jawa kata ‘Pendem’ berarti terpendam karena bangunan ini memang terletak dibawah tanah.
Sedangkan untuk nama Fort Willem I sendiri digunakan sebagai lambang penghormatan terhadap Raja Willem I, salah satu raja yang pernah memimpin kerajaan Belanda.
Adapula yang mengatakan bahwa Benteng Fort Willem I ini memiliki angka romawi dibelakang untuk menunjukan adanya sebuah urutan, karena ada benteng lain bernama Benteng Willem II di Unggaran.
Benteng Pendem Ambarawa ini terlihat sangat terawat dari luar dengan cat berwarna putih juga ditambah adanya patung Pangeran Diponegoro sebagai tanda bahwa ia pernah tinggal di benteng ini.
Benteng Pendem Ambarawa di bangun pada masa penjajahan kolonial Belanda, yaitu saat masa kekuasaan kolonel Hoorn.
Tepatnya benteng ini didirikan pada tahun 1834, kemudian selesai pada tahun 1845. Jadi, usia bangunan ini sudah lebih dari satu abad.
Bangunan tua dan tak terawat membuat puing-puing bangunan dan tumbuhan lumut serta rumput-rumput liar tumbuh di beberapa bagian.
Namun hal itu ternyata semakin menambah kesan eksotis dari bagunan ini. Apalagi jika dilihat dalam lensa kamera, Benteng ini memiliki nilai artistik yang tinggi walaupun bangunan ini sudah cukup tua.
Arsitektur bangunan Benteng Pendem Ambarawa yang kokoh dan bergaya Belanda, disertai dengan banyaknya lengkungan dan juga jendela besar seperti di film-film barat sangat menarik perhatian masyarakat.
Ditambah dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang ada didalamnya, maka banyak sekali pelajar maupun masyarakat umum ingin berkunjung kesini.
Namun, di Benteng Pendem Ambarawa ini memang belum memiliki fasilitas memadai. Tetapi tak perlu kecewa karena banyak pedagang kaki lima di temui di sini serta ada pula mushala kuno bagi Anda yang ingin melaksanakan ibadah.
Mushalanya terletak di pojok benteng. Namun sayangnya, Mushala tersebut sudah berlumut, lembab, serta banyak rumput tumbuh di sekitarnya.
Didepan mushala terdapat tulisan “masdjid” dengan angka tahun 1834-1843 yang menandakan tahun didirikannya bangunan ini.
Sejarah dan Fungsi
❤️
Pada saat Kolonel Hoorn berkuasa di tahun 1827 sampai 1830, dibangunlah sebuah benteng yang sedikit lebih modern yang letaknya di Ambarawa.
Bangunan bersejara tersebut dibangun pada tahun 1834 dan diberi nama Benteng Fort Williem I.
Bangunan ini terdiri dari lima kantor dan sebuah barak ditengah yang dikelilingi empat buah benteng dengan dua lantai. Kemudian pembangunan benteng tersebut terhenti dan berakhir pada tahun 1845.
Benteng Pendem Ambarawa terletak di tepi Rawa Pening yang dikelilingi oleh gunung. Kota Rawa pening merupakan wilayah kecamatan yang termasuk kedalam wilayah Kota Administrasi Kabupaten Semarang.
Jadi secara administratif, benteng Fort Williem I ini letaknya tepatnya berada di Lodoyong, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah.
Ambarawa merupakan kota yang terletak diantara Kota Semarang dan Kota Surakarta. Tahun 1940, saat Jawa Tengah di kuasai oleh VOC, wilayah ini merupakan wilayah yang sangat strategis.
Oleh karena itu, VOC membangun benteng-benteng dari sepanjang jalur Semarang Ungaran melewati Salatiga hingga Surakarta.
Dari semua benteng tersebut, Pendem adalah yang paling penting karena menjadi titik kumpul pasukan ketika diserbu musuh. Selain itu, pembuatan bangunan benteng tersebut bertujuan untuk meningkatkan relasi dengan kerajaan Mataram.
Pada awalnya, di bangunnya benteng Willem I ini bertujuan untuk barak militer serta untuk penyimpanan barang-barang logistik.
Namun beberapa para ahli ada yang berpendapat bahwa benteng ini di bangun sebagai barak militer KNIL yang terhubung antara Magelang, Yogyakarta hingga Semarang melalui kereta api.
Berbeda halnya dengan benteng lain, Fort Willem I ini memiliki bentuk dan model yang berbeda. Apabila Anda melihat bangunan tersebut maka akan menjumpai banyak sekali jendela.
Bangunan tersebut bentuknya sangat mirip seperti bangunan Lawang Sewu yang berada di kota semarang.
Dari model bangunan tersebut, maka diperkirakan bahwa dahulu benteng ini bukanlah berfungsi sebagai tempat pertahanan.
Pendapat ini di perkuat dengan tidak terdapatnya lubang pucuk benteng yang biasanya di pergunakan untuk memasang meriam.
Benteng ini juga pernah di jadikan sebagai penjara bagi anak-anak dan kemudian dijadikan sebagai penjara tahanan politik serta orang dewasa pada tahun 1927.
Bangunan benteng ini memiliki penjara bawah tanah, oleh karena itu masyarakat sering menamainya Benteng Pendem Ambarawa.
Selain itu, bangunan ini pernah di gunakan sebagai tempat tinggal para militer NICA pada masa kekuasaan jepang.
Ketika benteng tersebut jatuh ketangan Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 14 oktober sampai 23 November 1945, benteng tersebut beralih fungsi sebagai markas para pejuang Indonesia.
Bangunan benteng ini merupakan bangunan yang menjadi saksi tentang perjuangan indonesia pada saat kolonialisme VOC sampai NIC.
Tepatnya pada puncak perang Palagan Ambarawa tanggal 12 Oktober 1945. Perang tersebut timbul karena Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.
Disamping itu, bangunan Benteng Pendem itu sendiri memiliki perjalanan yang sangat berliku. Diantaranya adalah runtuhnya konstruksi benteng pada tahun 1865 yang disebabkan oleh gempa bumi. Sehingga menyebabkan sebagian bangunan runtuh.
Kini sebagian dari Benteng digunakan sebagai tempat pemukiman warga dan tentara militer. Sedangkan sebagian wilayah benteng ini dibiarkan kosong begitu saja.
Oleh karenanya banyak warga sekitar menganggap daerah ini angker dan memiliki aura mistis. Selain itu, benteng ini sekarang di jadikan sebagai Lembaga Permasyarakatan kelas II A dan barak militer.
Apabila ingin berkunjung Anda harus mendapatkan izin dari petugas lapas dan di larang berisik atau membuat kegaduhan karena hal tersebut bisa mengganggu warga yang bertempat tinggal di area benteng.
Rute Menuju Lokasi❤️
Lokasi Benteng Pendem dekat dengan Museum Kereta Api Ambarawa yang berada di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan berada di Kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa.
Bila Anda ingin berkunjung ke Benteng ini ada dua jalur yang bisa dilewati. Jalur pertama melalui pintu masuk lapas ambarawa sementara kedua lewat jalan belakang RSUD Ambarawa.
Harga Tiket Masuk❤️
Bila berkunjung ke Benteng ini Anda tidak perlu khawatir akan biaya tiket masuknya, karena tidak akan ada pemungutan biaya sepeser pun.
Dengan kata lain, harga tiket masuk Benteng Pendem Ambarawa adalah gratis. Namun bila Anda membawa kendaraan cukup membayar parkir kurang lebih sebesar 5000 rupiah saja.
Marsekal Wirabhaya –
Mba Amelia, apakah ada kontak pengelola benteng yang dapat dihubungi? Terima kasih.
Dewi gustiana –
Apa kita harus ijin lapas dulu utk kesini? Brp lama ijinnya.
Osman Aarif (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pesulap, tapi kalau menang giveaway ini, saya janji akan menghilang dari daftar peserta yang belum menang!
Wahid Afkar Rosyid (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan astronot, tapi siap menjelajah ruang angkasa jika hadiahnya adalah giveaway ini.
Adillah Fatir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan superhero, tapi saya punya kekuatan khusus: kekuatan menarik hadiah giveaway ke arah saya.
Ghazwan Hamza Nadir (pemilik terverifikasi) –
Mau ikutan giveaway, tapi takut menang. Nanti dikira jodoh, padahal cuma pinjam!
Amran Tabarik (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang lotre, tapi saya yakin giveaway ini adalah lotre yang pasti menang. Percaya deh!
Fadhilul Amal (pemilik terverifikasi) –
Saya sudah siapkan tempat khusus di rumah untuk hadiah ini. Jangan sampai kosong, ya!
Dadvar Nasir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan DJ, tapi saya siap putar lagu kemenangan sepanjang malam jika menang giveaway ini.
Dawub Nail (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penulis naskah, tapi kalau menang giveaway, saya siap tulis ‘Terima Kasih’ sepanjang mungkin.
Jauhar Aslam Ayman (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pengacara, tapi saya siap membela hak saya untuk memenangkan giveaway ini di pengadilan.
Ghushun Ni’amillah (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Hamiz Awad (pemilik terverifikasi) –
Saya sih simple, nggak minta jadi pemenang utama, cukup jadi pemenang cadangan yang dapat hadiah juga.
Daris Moazzam (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penulis naskah, tapi kalau menang giveaway, saya siap tulis ‘Terima Kasih’ sepanjang mungkin.
Lutfan Baasim (pemilik terverifikasi) –
Mimpi saya sederhana, hanya ingin menang giveaway ini. Mimpi yang lain? Nanti dulu, fokus satu-satu.