Deskripsi
Lokasi: Jl. Raya Solo – Yogyakarta KM 15, Klurakbaru, Tlogo, Kalasan, Jawa Tengah
Map: Klik Disini
HTM: Karena masih satu komplek dengan Candi Prambanan, maka harga tiket mengikuti Candi Prambanan.
Buka / Tutup: 08.00 – 16.00 WIB
No. Telepon: (0274) 496402
Indonesia adalah negeri yang luar biasa dengan berbagai macam ragam kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kerajaan-kerajaan yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya negeri ini.
Peninggalan mereka adalah sebuah mahakarya yang berbentuk relief, stupa, prasasti dan juga candi yang saat ini masih bediri kokoh. Keberadaan peninggalan kerajaan ini menjadi magnet daya wisata yang besar salah satunya adalah Candi Sewu, Klaten.
Salah satu dari sekian banyak peninggalan kebudayaan agama Budha ini adalah bukti nyata. Betapa Indonesia adalah negeri yang kaya akan sejarah-sejarah. Sangat menarik untuk dikupas dan di gali secara mendalam.
Menghadirkan sebuah inspirasi baru bagi para seniman muda untuk mengembangkan kreatifitas sepeti halnya nenek moyang zaman dahulu. Serta menjaganya agar tetap bisa dinikmati sampai nanti. Sampai anak-cucu yang akan datang.
Keberadaan komplek ini menjadi yang terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Usianya lebih tua dibandingkan dengan candi yang namanya sudah tidak asing lagi bagi wisatawan Indonesia dan juga wisatawan asing yaitu Candi Prambanan..
Sejarah Berdirinya Candi.
Pada Tahun 1960, beberapa peneliti berhasil menemukan dua buah prasasti yang mengungkap tentang jati diri dari candi. Kedua prasasti tersebut adalah Prasasti Kelurak (782) dan Prasasti Manjusrighra (792).
Menurut catatan sejarah yang tercatat, nama asli dari candi ini adalah Prasada Vajrasana Manjusrighra nama yang sekali lagi cukup sulit untuk diucapkan. Bagaimana pun Agama Budha adalah kultur dari bangsa India. Sehingga dari segi penamaan pun berpengaruh.
Prasada artinya adalah kuil. Vajrasana artinya bertakhta. Manjusri-grha memiliki arti rumah Manjusri. Siapa Manjusri? Manjusri adalah salah satu dari Boddhisatwa menurut ajaran agama Budha.
Kuil ini diperkirakan di bangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Menurut sejarah yang ada Rakai Panangkaran adalah Raja yang mampu mensejahterakan masyarakat kerajaan Mataram Kuno yang menjabat sekitar tahun 746 -784 masehi.
Ada yang unik antara Candi Prambanan dan juga Candi Sewu. Dimana keduanya memiliki kultur ragam yang berbeda. Ada yang bercorak Hindu dan juga ada yang bercorak Budha.
Perbedaan kedua corak Agama yang berbeda ini menunjukkan jika, kerukunan antar umat beragama sudah diajarkan dan ditanamkan sejak dahulu. Karena, sebuah perbedaan itu adalah sebuah keindahan yang terkadang tidak terlihat.
Keindahan tersebut seakan tertutup oleh perbedaan itu sendiri. Jika, sanggup menyadari, sebenarnya perbedaan itu adalah sebuah keindahan seperti yang bisa di contohkan oleh kedua candi ini.
Berkembangnya Legenda di Kalangan Masyarakat.
Menurut penelitian Candi ini tidak berjumlah seribu. Lalu, mengapa diberi nama sewu? Dalam bahasa Jawa sewu berarti seribu. Karena, legenda yang terus berkembang di kalangan masyarakat.
Tentang Roro Jonggrang yang dikenal sebagai candi yang ke seribu. Sebagai pelengkap dari sebuah tantangan yang diberikan oleh Roro Jonggrang kepada Bandung Bondowoso kala itu.
Bandung Bondowoso adalah Putra Mahkota dari Kerajaan Pengging yang jatuh cinta kepada Roro Jonggrang Putri dari Raja Boko. Bandung Bondowoso ingin melamar dan hendak mempersunting Roro Jonggrang.
Tetapi, Roro Jonggrang tidak bersedia begitu saja. Roro pun mengajukan syarat berharap tidak akan mungkin bisa disanggupi oleh Bandung yaitu membuat seribu candi dalam waktu satu malam saja. Ternyata, Bandung Bondowoso pun menyetujui syarat tersebut.
Setelah matahari tenggelam, Bandung Bondowoso yang sakti mandraguna memanggil beberapa mahluk halus untuk mengerjakan tantangan tersebut. Satu per satu candi yng diinginkan pun berdiri.
Benar saja, hanya dalam waktu satu malam, Bandung Bondowoso mampu memenuhi persyaratan Roro Jonggrang. Tetapi, Roro Jonggrang tidak tinggal diam begitu saja. Dia pun memikirkan sebuah cara licik agar dapat mengelabui Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang ingin Bandung Bondowos ogagal memenuhi permintaannya. Roro Jonggrang pun meminta bantuan para gadis desa untuk memukul lesung padi. Ayam-ayam pun berkokok. Makhluk halus yang sedang bekerja berhenti karena, dikira hari sudah hampir pagi.
Jumlah candi pun tidak ada seribu hanya kurang satu. Tetapi, Bandung Bondowoso tahu tipu muslihat yang dibuat oleh Roro Jonggrang. Di dasari atas rasa kecewa dan kesal Bandung Bandowoso pun merubah Roro Jonggrang menjadi ke seribu, demi memenuhi permintaannya.
Arsitektur Pembangunan.
Candi ini memiliki 4 pintu masuk yang bisa digunakan wisatawan untuk menikmati mahakarya peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Sisi Timur, Barat, Utara, dan Selatan yang masing-masing sisi dijaga oleh penjaga yang berbentuk Arca Dwipala.
Arca tersebut saling berhadapan tingginya mencapai 2,3 meter. Ditempatkan di atas kotak persegi dengan satu kaki yang terlihat berlutut. Candi utama memiliki luas kurang lebih 40 m2 dengan tinggi bangunan sekitar 30 meter.
Dikelilingi oleh susunan batu yang membentuk pagar. Tubuhnya berdiri diatas batu yang memiliki tinggi 2,5 meter. Bangunan utamanya dibangun dengan menggunakan Batu Andesit. Dengan relief-relief yang terletak di sekitarnya.
Pada saat pemugaran, candi ini diperluas dengan ditambahkannya struktur bangunan di sekelilingnya. Dibuat pula pintu menghubungkan bangunan utama dengan candi utama. Sehingga menciptakan lima ruang baru.
Lima ruang baru itu merupakan bagian dari ruangan utama yang lebih besar dan lebar daripada biasanya. Ada pula Candi Apit dan Candi Perwara yang seluruhnya berada di luar pelataran. Candi Apit berada di atas batu yang mempunyai ketinggian 1 meter.
Dilengkapi dengan tangga yang mempunyai lebar juga 1 meter. Pintu masuknya tidak lagi dihias dengan pahatan kalamarkara melainkan, beberapa reiief. Diatas nya ada pula stupa-stupa kecil yang menghiasinya.
Suasana Candi Sewu.
Memasuki Candi ini seperti memasuki Candi Prambanan dengan kemegahan bangunannya. Hanya saja, terik matahari yang terlalu menyengat di saat siang hari membuat komplek ini tidak bisa dinikmati lama-lama.
Mungkin, kehadiran pepohonan mampu menghipnotis semua orang untuk datang berbondong-bondong ke tempat ini. Sore hari adalah waktu paling tepat berkunjung ke tempat ini. Kesejukan dan angin yang berhembus lirih akan menghipnotis semua wisatawan.
Bangunan-bangunan yang berdiri dengan megah adalah bukti jika Mataram Kuno mempunyai sebuah keperkasaan di zamannya. Walaupun namanya masih belum tenar. Namun, mahakarya yang satu ini tetap patut mendapatkan apresiasi.
Keindahan bangunan yang menjadi saksi bisu dalam sejarah negeri menjadi harga mahal yang harus dibayar andai saja bangunan ini rusak. Mungkin, bisa dibuat lagi hanya saja nilai histori yang sudah hilang.
Kembali ke masa lalu dengan background foto hitam putih adalah yang paling cocok menghaisi Galeri Instagram Traveler semua. Bagaimana, mau mencoba berkunjung kesini?
paket wisata dieng –
makasih buat info nya
Hasan Thoriq Wasim (pemilik terverifikasi) –
Jika menang giveaway ini, janji saya akan… tetap rendah hati dan tidak sombong (di depan kamera).
Sayhan Attirmidzi (pemilik terverifikasi) –
Rumus keberuntungan giveaway: keikhlasan + komentar ini = hadiah mendarat di tangan.
Daud Maqbool Saad (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan astronot, tapi siap menjelajah ruang angkasa jika hadiahnya adalah giveaway ini.