Keunikan Lembah Harau

Deskripsi

Lokasi: Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Tutup: 24 Jam

Jika memiliki kesempatan menjelajah Provinsi Sumatera Barat, jangan lupa singgah di Kabupaten Lima Puluh Kota, karena kabupaten ini memiliki segudang objek pariwisata, yang terdiri atas 33 objek wisata alam, 9 objek wisata sejarah, 6 objek wisata budaya dan 4 objek wisata arkeologi.

Diantara sekian banyak objek wisata yang ada di 50 Kota, salah satu yang menjadi maskotnya adalah Lembah Harau yang terdapat di Kecamatan Harau. Disebut lembah karena objek wisata ini memang berupa hamparan tanah luas yang diapit tebing tinggi dengan posisi tegak lurus dari permukaan tanah.

Nama Lembah Harau sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Sumbar, Sumut, Jambi dan Riau, karena tempat inilah yang menjadi destinasi favorit saat menghabiskan liburan. Bahkan, banyak traveller di Indonesia yang memasukkan Lembah Harau ke dalam daftar kunjungan, karena pesona yang disuguhkannya memang luar biasa.

Sekilas Tentang
❤️

Berada di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumbar, lokasi Lembah Harau berjarak sekitar 138 km dari Kota padang atau sekitar 47 km dari Kota Bukit Tinggi dan sekitar 18 km dari Kota Payahkumbuh. Karena dekat dengan kota-kota utama di Sumbar, rute menuju tempat wisata ini cukup mudah untuk dijangkau dengan akses jalan yang mudah dilalui.

Sebagaimana dikutip dari wikipedia, destinasi ini berupa lembah subur yang dilingkupi batu pasir terjal berwarna-warni setinggi 100 – 500 meter dari atas permukaan tanah.

Topografinya tidak berbeda jauh dengan cagar alam yang berbukit-bukit dan bergelombang dengan ketinggian 500 – 800 meter dpl. Bukit-bukit indah yang terdapat di lembah ini diantaranya adalah Bukit Jambu, Bukit Tarantang, Bukit Singkarak dan Bukit Air Putih.

Keindahan Lembah Harau sudah dikenal sejak jaman Pemerintahan Hindia Belanda, hal tersebut dapat diketahui dari adanya sebuah prasasti di kawasan Air Terjun Sarasah Bunta yang didirikan oleh Assisten Residen Lima Puluh Kota yang bernama J.H.G. Boissevain pada tanggal 14 Agustus 1926.

Konon pada saat berada di kawasan Lembah Harau, Boissevain terkesima melihat keindahan alam di sekelilingnya dan tidak henti-hentinya berdecak kagum sambil mengucapkan “Hemel…hemel” yang dalam Bahasa Belanda memiliki arti “mempesona bagaikan sorga”.

Tidak lama setelah Assisten Residen Lima Puluh Kota mendirikan prasasti yang terpahat di atas batu marmer, pada 19 Januari 1933, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan ini dengan status Cagar Alam untuk bidang Aesthestis dan Biologis dengan luas 315 hektar.

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1979, Badan Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) melakukan pengukuran ulang dan menetapkan luas definitif Cagar Alam seluas 298 hektar.

Status Cagar Alam tersebut kemudian berubah menjadi Hutan Wisata, melalui Keputusan Menteri Pertanian pada 2 Agustus 1979, dengan Taman Wisata seluas 27,5 hektar.

Karena itulah Lembah Harau selain menyandang sebagai kawasan Cagar Alam, juga merupakan Hutan Wisata yang di dalamnya terdapat Taman Wisata.

Karena memiliki area yang difungsikan sebagai Taman Wisata, maka berbagai sarana dan fasilitas bagi wisatawanpun tersedia di tempat ini, seperti, pertamanan, tempat duduk dan kursi taman, kupel, jogging area, taman satwa, sarana bermain anak-anak, mushollah, kamar mandi dan toilet serta area parkir luas yang dilengkapi kios-kios yang menjual makanan/minuman dan souvenir.

Sebagai kawasan Cagar Alam, berbagai jenis tanaman dan satwa langka dapat ditemui di sini, seperti Harimau Sumatera, Simpai, Beruang, Tapir, Kambing Hutan, Monyet Ekor Panjang dan Landak. Sedang untuk jenis burung yang dilindungi sejumlah 19 spesies, beberapa diantaranya adalah Burung Kuau, Burung Enggang dan masih banyak lagi yang lain.

Sejarah Legenda Mitos
❤️

Konon, menurut legenda dan mitos masyarakat setempat, nama “Harau” berasal dari kata “Orau”. Nama tersebut diambil karena tempo dulu penduduk yang tinggal di bawah tebing kerap dilanda banjir serta longsor, sehingga mereka kerap berteriak terbawa oleh rasa panik.

Karena sering berteriak itulah, membuat suara penduduk banyak yang parau, sehingga penduduk dari daerah lain menyebut mereka “Orau” yang kemudian berubah menjadi “Arau” sebelum aklhirnya menjadi “Harau”.

Terdapat pula sebuah legenda yang masih hidup di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk Cerita Randai yang berjudul “Randai Sari Banilai”. Legenda ini berkisah tentang Raja Hindustan yang kapalnya hanyut dan terdampar di Lembah Harau.

Legenda ini juga bercerita tentang kisah kasih putrinya yang bernama Puti Sari Banilai yang tubuhnya berubah menjadi batu karena mengingkari janji pertunangannya.

Selain sejumlah legenda yang masih dituturkan dari mulut ke mulut, penduduk sekitar mempercayai bahwa jika ada pelangi maka pada saat itu pula bidadari-bidadari turun untuk mandi di bawah air terjun yang ada di Lembah Harau.

Terlepas benar atau tidaknya misteri tersebut, pada tahun 2008 konon ada kamera HP milik salah seorang mahasiswa yang tanpa sengaja mengabadikan rombongan bidadari tengah melayang di atas air terjun dengan mengenakan baju putih dan coklat.

Gambar bidadari dari bidikan kamera HP tersebut saat ini banyak disimpan di ponsel milik para pedagang yang mengadu keuntungan di sekitar air terjun.

Daya Pukau
❤️

Begitu memasuki kawasan Lembah Harau, wisatawan akan disuguhi suasana alam pegunungan yang memukau berhiaskan 5 buah air terjun yang oleh masyarakat setempat disebut Sarah atau Sarasah dengan keseluruhan air terjun memiliki ketinggian lebih dari 100 meter. Selain itu terdapat 4 sungai dengan aliran air yang sangat jernih.

Pengunjung yang datang ke sini dapat memilih salah satu atau mengunjungi tiga lokasi wisata yang ada sekaligus, yaitu: Resort Sarasah Bunta, Resort Aka barayu dan Resort Rimbo Piobang. Ketiga resort tersebut masing-masing memiliki kelebihan, baik dari sisi fasilitas maupun keindahan alam yang disuguhkan.

Resort Aka Barayun dihiasi air terjun yang dilengkapi kolam renang di bawahnya dengan nuansa sekeliling yang asri. Bukit batu yang terjal serta dapat memantulkan suara (echo) di tempat ini kerap dijadikan sebagai wahana untuk aktifitas panjat tebing.

Di resort yang dahulu konon merupakan laut ini juga tersedia homestay dengan fasilitas lengkap bagi wisatawan yang ingin menginap.

Tepat di sisi sebelah Timur Aka Barayun terdapat Resort Sarasah Bunta yang memiliki 4 air terjun yang bernama Sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Aie Angek dan Sarasah Murai. Selain itu juga terhampar sebuah telaga dengan airnya yang jernih dan pemandangan sekeliling yang menawan.

Keempat air terjun yang ada di Resort Sarasah Bunta, masing-masing memiliki kelebihan. Sarasah Aie Luluih airnya mengalir melalui dinding batu dengan kolam alami di bawahnya.

Air yang ada di sini dipercaya oleh masyarakat setempat dapat mengobatu jerawat dan membuat cantik serta awet muda jika dipakai untuk membasuh muka.

Sarasah Bunta memiliki air terjun berbuntah-buntah indah dan konon sering dijadikan tempat mandi para bidadari. Sarasah Murai, menjadi tempat burung-burung murai mandi dan memadu kasih pada siang hari. Sedang Sarasah Aie Angek memiliki air yang hangat sehingga banyak digunakan sebagai sarana terapy.

Satu lagi Resort yang ada di Lembah Harau adalah Resort Aka berayun. Berbeda dengan dua resort yang lain, Aka Barayun masih belum banyak dikunjungi para wisatawan meski keindahan alam di sekelilingnya tidak kalah dari dua resort yang lain.

Hal tersebut disebabkan karena terbatasnya fasilitas dan sarana yang ada di sini, sebab Resort Aka Barayun memang masih dalam proses pengembangan.