Deskripsi
Lokasi: Jl. Luar Batang V No.12, RT.6/RW.3, Penjaringan, Jakarta Utara 14440
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Tutup: 05.00-22.00
Telepon: (021) 6613972
Keberadaan Masjid Luar Batang merupakan salah satu tempat ibadah umat Muslim yang terkenal keramat di kawasan Sunda Kelapa dari zaman dahulu sejak abad ke 18 M.
Masjid ini sering dikunjungi para peziarah dari berbagai kota di seluruh Indonesia, karena di teras masjid terdapat makam Habib Husein Al Aydrus sebagai pendiri masjid dan pemuka agama serta salah satu pahlawan Nusantara.
Para peziarah ingin memberikan penghormatan kepada almarhum Habib Husein atas jasa-jasanya dalam membantu perjuangan rakyat Sunda Kelapa melawan penjajah.
Selain itu, beliau juga salah satu ulama yang melakukan syiar Islam di kawasan Sumatera dan daerah Sunda Kelapa.
Riwayat Habib Husein berasal dari Hadramaut, yaitu daerah Yaman selatan negara para habib atau keluarga yang masih memiliki silsilah keturunan sampai kepada Nabi Muhammad.
Pada awalnya, Beliau pergi ke kota Gujarat di India dan selanjutnya ke daerah Aceh serta sebagian Sumatera, kemudian meneruskan perjalanan ke daerah Banten.
Sampai akhirnya Beliau mengakhiri perjalanan di daerah Sunda Kelapa tahun 1736 dan memutuskan untuk menetap disana yang sekarang menjadi kawasan Luar Batang.
Di tempat itu, beliau membangun masjid sebagai tempat beribadah dan juga tempat pemukiman para musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh.
Masjid Luar Batang memang terbuka bagi siapa saja yang ingin menginap atau beristirahat pada malam hari di kawasan masjid sejak dahulu kala.
Hal ini juga masih dilestarikan para pengurus masjid sampai sekarang, terutama pada saat bulan Ramadhan.
Banyak orang yang menginap di Masjid Luar Batang selama berhari-hari ketika menjalankan ibadah puasa dan mereka akan pulang ketika menjelang lebaran.
Setiap bulan Ramadhan, pengelola masjid mengadakan acara buka bersama dan biasanya diikuti puluhan sampai ratusan orang setiap hari.
Lokasi masjid berada di Jl. Luar Batang 5 No.1 Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan tersebut berada di sebelah barat Pelabuhan Sunda Kelapa dan sebelah utara tempat wisata Kota Tua.
Selain itu berada di sebelah selatan bangunan Apartemen Pluit Sea View di kawasan Muara Baru. Tempat wisata yang paling dekat dengan Masjid Luar Batang adalah Museum Bahari.
Bangunan masjid merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa dan cagar budaya karena sudah berusia sekitar 2 Abad.
Denah bangunan Masjid Luar Batang memang sangat unik karena menggabungkan jenis arsitektur dari Timur Tengah, Betawi dan Jawa.
Pada teras dan muka masjid, memang bergaya Betawi, model tiang berbentuk kotak juga termasuk gaya betawi.
Sedangkan seluruh ornamen pada langit-langit atap bergaya Timur Tengah dan atap sebelah kiri terdapat hiasan kaligrafi atau tulisan Arab yang indah.
Selain itu ada dua menara baru yang tinggi sebagai pertanda dari kejauhan bahwa terdapat masjid di sekitar lokasi tersebut.
Pada zaman dahulu sebelum adanya listrik, menara digunakan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan agar bisa terdengar sampai jauh.
Dahulu kala, daerah Pelabuhan Sunda Kelapa adalah dermaga yang sibuk sehingga perlu sebuah menara agar suara adzan bisa terdengar dengan jelas.
Menara pertama tempo dulu yang dibangun bersamaan dengan berdirinya masjid tersebut sudah tidak terlihat lagi sisanya saat ini dan sudah digantikan dengan dibangun dua menara baru setinggi 57 meter.
Bentuk menara seperti menara-menara agung yang ada di Turki dengan kuncup diatas puncaknya.
Satu-satunya arsitektur gaya Jawa pada masjid tersebut terdapat pada bentuk atap yang mengerucut seperti masjid Demak di Jawa Tengah dan Masjid Sunan Ampel di Jawa Timur.
Model bangunan atap yang lancip tersebut, tentu saja banyak didominasi pada bangunan-bangunan di daerah Jawa.
Karena bangunan atap masjid lancip atau mengerucut, maka masjid tersebut tidak menggunakan tiang penyangga atap.
Adapun tiang dalam masjid yang jumlahnya sekitar 12 tiang, hanya digunakan untuk tempat kipas angin dan bukan sebagai penyangga atap.
Dengan model atap yang mengerucut tersebut membuat sirkulasi udara menjadi lancar dan suasana di dalam masjid tidak terasa gerah.
Selain itu, langit-langit atap menggunakan kayu-kayu kecil yang berjajar sehingga menambah kesejukan dalam ruangan.
Sekitar bulan Maret 2016, Pemerintah kota Jakarta yang dipimpin oleh Gubermur Ahok membuat rencana untuk melakukan renovasi kawasan Luar Batang.
Pemerintah menetapkan bahwa daerah pemukiman yang ada di sungai Sunda Kelapa sampai Pasar Ikan akan digusur.
Program penggusuran tersebut di tentang oleh warga sekitar Luar Batang dan mereka menolak dengan tegas rencana tersebut.
Warga setempat bersatu untuk menghalangi program pemerintah tersebut dan terjadi tantang menantang antara warga dan Satpol PP.
Namun akhirnya Masjid Luar Batang tidak sampai kena penggusuran dan kasus ini mendapat dukungan dari seorang ahli hukum Indonesia yaitu Yusril Ihza Mahendra.
Menurut Pak Yusril, bahwa tanah yang dimiliki warga Luar Batang adalah sah menurut hukum Indonesia.
Artikel tentang pernyataan Bapak Yusril ini juga ditulis pada situs Wikipedia sebagai pengetahuan bagi masyarakat.
Di lain pihak, pemerintah kota berhasil melakukan penggusuran di kawasan timur Luar Batang, yaitu lokasi Pasar Ikan Penjaringan.
Nasib rumah warga yang dibongkar karena terkena gusuran akhirnya ada yang pindah ke rumah susun atau bertahan dengan tidur di rumah apung diatas kapal yang ada di sungai.
Gambar dan video bekas gusuran di Pasar Ikan yang sering kebanjiran ini bisa dilihat melalui Youtube.
Sejarah Singkat❤️
Awal mula Habib Husein Al Aydrus datang di daerah Sunda Kelapa, sudah ada surau kecil dan sebuah makam.
Selanjutnya surau tersebut diperbesar hingga menjadi sebuah masjid pada tahun 1736 dengan nama Masjid Jami An Nur.
Habib Husein kemudian tinggal di sekitar masjid tersebut untuk mengajarkan ilmu tentang agama Islam.
Melihat kekejaman penjajah Belanda kepada rakyat Sunda Kelapa pada waktu itu, Habib Husein melakukan perlawanan kepada penjajah dengan melindungi masyarakat yang selalu ditindas Belanda.
Pihak penjajah selalu kewalahan dalam melawan Habib Husein karena banyak keajaiban atau karomah yang terjadi setiap beliau mau ditangkap.
Akhirnya setelah lama berusaha, pihak Belanda berhasil menangkap Habib Husein dan memenjarakannya.
Beberapa tahun kemudian Habib Husein meninggal dunia dan pihak keluarga dari Yaman ingin membawa pulang jenazahnya pulang ke negeri Hadramaut.
Hal ini tidak diizinkan pihak penjajah, dan Belanda memutuskan untuk menguburkan jasad Habib Husein di daerah Tanah Abang. Akhirnya jenazah Habib Husein dibawa masyarakat untuk dikuburkan ke Tanah Abang.
Setelah sampai di lokasi pemakaman, terjadi sebuah mukjizat karena setelah keranda jenazah dibuka, ternyata jasad Habib Husein tidak ada dan telah kembali di rumah Luar Batang.
Pihak Belanda kebingungan dan merasa seperti dipermainkan oleh Habib Husein yang sudah meninggal karena hal tersebut berulang sampai tiga kali.
Pada kejadian ketiga, masyarakat memutuskan untuk menguburkan jenazah Habib Husein di teras Masjid saja.
Prosesi penguburan jenazah Habib Husein berjalan dengan lancar dan penguburannya dilakukan secepat mungkin agar tidak sampai ketahuan para penjajah.
Setelah Belanda tiba di lokasi masjid, penguburan jenazah Habib Husein telah selesai dan pihak Belanda tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Asal usul kata Luar Batang berasal dari kejadian tersebut, karena kata Batang artinya adalah jasad manusia yang sudah meninggal.
Hal ini karena jasad Habib Husein selalu keluar dari keranda jenazahnya, maka masyarakat setempat memberikan nama sebutan, yaitu Luar Batang.
Kemudian nama ini juga digunakan sebagai nama masjid yang sebelumnya Masjid An Nur berubah menjadi Masjid Luar Batang sampai sekarang.
Misteri kisah tentang sejarah Masjid Luar Batang memang sudah lekat di masyarakat Nusantara, terutama penduduk di sekitar Sunda Kelapa.
Cerita tersebut akhirnya menjadi sebuah legenda yang selalu dikenang masyarakat Luar Batang dengan mengadakan peringatan atau maulid setiap tahun.
Selain itu, makam Habib Husein juga menjadi tempat ziarah bagi umat Muslim Indonesia. Selain itu, terdapat sumur peninggalan Habib Husein yang sangat unik karena rasa air sumur tidak asin seperti daerah sekitarnya.
Rute Menuju Lokasi
❤️
Dari Pasar Minggu naik kereta jurusan Jakarta kota dan turun setelah sampai di stasiun Jakarta kota, lalu naik angkutan umum Kopami Jaya 02 jurusan Pluit atau Muara Karang.
Angkutan umum ini melewati kawasan Luar Batang sehingga bisa turun di sekitar lokasi Masjid Luar Batang.
Sedangkan dari Plaza PRJ, bisa menggunakan metro mini U30 jurusan Muara Angke-PRJ Kemayoran. Rute angkot ini dari PRJ melewati Mangga Besar, lalu ke Terminal kota dan menuju ke jalan Pakin dan bisa minta turun di situ.
Selanjutnya bisa meneruskan perjalanan ke Masjid luar Batang, apakah dengan ojek atau dengan cara jalan kaki karena alamat masjid sudah dekat.
Jika dari Tanjung Priok, bisa naik bis P022 jurusan Tanjung Priok-Grogol. Setelah di Grogol, bisa berjalan kaki atau naik ojek ke Terminal Grogol 2.
Selanjutnya dari Grogol 2 naik bis jurusan Pinang Ranti-Pluit no.9 dan sebelum sampai di Pluit, bisa turun karena lokasi masjid ada di sebelah selatan kawasan Pluit sesuai dengan peta yang ada di Google map.
Taufiqi Ihsan Nashir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Daud Ganzanfar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Khasyi Hafizhush Shalah (pemilik terverifikasi) –
Jika menang giveaway ini, janji saya akan… tetap rendah hati dan tidak sombong (di depan kamera).