Deskripsi
Lokasi: Jalan Merdeka, Melayu, Singkawang Barat, Kota Singkawang, Kalimantan Barat 79111
Map: KlikDisini
Lokasi Alamat
Lokasi Masjid Raya Singkawang beralamatkan di Jalan Merdeka, Kampung Melayu, Singkawang Barat, Kota Singkawang Propinsi Kalimantan Barat.
Masjid Raya ini berada di sekitar 200 meter dari Vihara Tri Darma Bumi Raya, dan viahara tersebut merupakan vihara tertua yang ada di Singkawang.
Masjid ini juga berada di tengah-tengah kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa sehingga kehadiran masjid ini sering digadang-gadang sebagai cerminan dari kerukunan umat beragama atau simbol dari kerukunan etnis di Singkawang.
Masjid ini berada di pusat kota Singkawang sehingga sangat mudah untuk ditemukan, akses menuju kesini juga sangat baik dan terawat ada banyak angkutan yang bisa dinaiki untuk menuju kesini.
Anda juga bisa menggunakan kendaraan pribadi apabila ingin berkeunjung kesini.
Keunikan Bangunan Masjid
Masjid Raya Singkawang adalah salah satu bangunan kebanggan yang dimiliiki Singkawang, bangunan ini adalah masjid dengan usia tertua yang ada di Kalimantan Barat, Indonesia.
Menurut sejarah, masjid ini dibangun oleh Kapitan Bawahasib Marikan pada tahun 1870 Masehi. Kapitan Bawahasib Marikan merupakan pendatang baru yang berasal dari Distrik Karikal, Clcutta, India.
Ia datang ke Indonesia dengan maksud untuk melakukan perdagangan yaitu berdagang Permata (Marjan).
Pada awal kedatanganya di Singkawang, Bawahasib Marikan belum mendapatkan gelar seorang Kapiten.
Namun setelah ia melakoni usahanya tersebut sebagai pedagang Marjan selama 5 tahun ia baru diangkat oleh Pemrintah Belanda sebagai Kapiten di Singkawang yaitu pada tahun 1875.
Menjabat sebagai Kapiten Bawahasib Marikan juga harus memberi Makan atau memenuhi kebutuhan para tentara Belanda (Nederlands Indies Leger).
Sehingga ia juga berkebun kelapa, gambir dan juga beternak sapi untuk memenuhi ransum tentara.
Pada tahun 1885 Kapiten Bawahasib membangun sebuah Masjid Raya yang berlokasi di daerah Pasar Baru Singkawang (pada waktu itu) dengan tujuan agar bisa di gunakan untuk beribadah umat islam.
Meskipun umat islam dikala itu belum begitu banyak sehingga bangunan masjid pun dibangun dengan ukuran kecil.
Masjid Raya tersebut di bangun oleh Kapiten Bawahasib di tanah pribadinya yang waktu itu berbentuk segitiga dan memang pada saat itu belum dibangun akses jalan disekitar area pembangunan.
Kemudian ada seorang kapiten etnis Tionghoa yang juga membangun sebuah Pekong (tempat ibadah etnis Tionghoa) di sampingnya.
Meskipun begitu, umat beraga didaerah tersebut tetap hidup harmonis berdampingan dan tidak memiliki konflik inilah mengapa Masjid Raya tersbut menjadi simbol kerukunan etnis Singkawang.
Lambat laun Masjid yang dibangun oleh Kapiten Bawahasib ini menjadi Masjid Raya Kota Singkawang.
Ketika Kapiten Bawahasib Marikan meninggal dunia yaitu pada tahun 1941 posisi pangkatnya digantikan oleh keponakanya yang bernama Kapiten Abdul Rajak Marican.
Namun setelah Kapiten Abdul Rajak menggantikan Pamanya Masjid Raya Singkawang mengalami Kebakaran.
Kebakaran yang terjadi cukup besar bahkan juga membuat Pekong disebelahnya terkena amukan api juga, menurut sejarah yang dituliskan di Wikipedia kebakaran tersebut terjadi pada tahun 1972.
Setelah 10 tahun tragedi kebakaran tersebut bangunan kemudian direnovasi kembali oleh Kanda SM Maiden pada tahun 1936 tepat di posisi semula akan tetapi pekong yang dulunya terdapat di sebelah masjid di pindahkan posisi agak jauh.
Kemudian dilakukan perluasan area Masjid Raya Singkawang yang dilakukan oleh anak pertama dan anak ketiga Kapiten Bawasahib Marikan yang bernama H.Ahmad dan BM Khalid.
H.ahmad dan BM Khalid menyumbangkan tanah warisan dari orang tuanya yang kemudian tanah warisan tersebut digabung untuk perluasan pembangunan ulang hingga seluas bangunan masjid yang sekaarang ini.
Anak kedua dari Kapiten Bawahsib Marikan menyumbangkan pembangunan 1 menara yang mulai dikerjakan pada tahun 1953 dengan memanfaatkan tenaga Jenawi Tahir.
Perbesaran masjid Raya Singkawang di lakukan pada tahun 1973 dan tambahan perluasan pada tahun 1978, serta renovasi total seluruh bangunan masjid pada tahun 2007.
Bangunan masjid raya ini dibangun dengan gaya arsitektur yang sangat megah dan indah, saking besarnya pengunjun harsu melewati 15 anak tangga terlebih dahulu untuk memasuki masjid.
Tangga-tangga tersebut diletakkan di sebelah kanan, sebelah belakang dan sisi kiri masjid.
Keindahan masjid semakin terpancar pada malam hari karena terdapat lampu-lampu yang menerangi setiap sudut bangunan juga taman.
Dinding didominasi dengan cat warna hijau dan putih sehingga perpaduan warna tersebut membuat bangunan semakin terlihat terang dengan pantulan cahaya lampu.
Masjid Raya ini tilah mengalami beberapa renovasi total pertama dilakukan pada tahun 1974 makai dana dari Pemerintah Daerah.
Renovasi yang kedua pada tahun 1978 dengan menggunaka biaya swadaya dari pengurus atau ta’mir Masjid Raya ini.
Masjid ini dibangun di atas tanah yang berbentuk segitiga, ini menambah kesan unik bangunan, dan semakin kelihatan saat dilakukan pemugaran pada tanah area bangunan tersebut.
Renovasi total yang dilakukan biasanya memakan waktu hingga 2,5 tahun. sebelum renovasi yang terkahir yaitu pada tahun 2008.
Perencanaan unutk renovasinya sudah dilakukan sejak tahun 1998 namun karena dana terbengkalai sehingga ditunda menunggu cukup dana.
Ada beberapa bagian bangunan yang tetap dipertahankan, seperti kubah (yang kecil) dan juga tugu bewarna emas yang di bangun pada tahun 1880.
Tugu ini berbentuk kubus dan memiliki ketinggian 3 meter dan juga terdapat kolam ditegah-tengah kolam memiliki diameter 5 meter. Semoga bermanfaat.
Ewan Zaim (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penulis naskah, tapi kalau menang giveaway, saya siap tulis ‘Terima Kasih’ sepanjang mungkin.
Jasim Mu’afa Ar-Rasyiq (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pesenam, tapi kalau menang giveaway, saya siap lakukan backflip kebahagiaan!
Rafiq Ahmad Zahir (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pernah menang undian, kecuali undian napas setiap hari. Semoga giveaway ini jadi awal yang manis!