Deskripsi
Lokasi: Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat
Map: Klik Disini
HTM: Pelajar Rp.2.000, Mahasiswa Rp.5.000, Dewasa Rp.5.000
Buka Tutup: 08.00 – 22.00 WIB
Telepon: (021) 3822255
Ada sebuah ungkapan populer yang berbunyi “Belum disebut ke Jakarta sebelum melihat Monas”.
Entah siapa yang pertama kali membuat ungkapan tersebut dan mengapa kalimat tersebut sampai diungkapkan.
Mungkin karena dari puncak Monas seseorang dapat melihat landskap Jkt dari atas ketinggian.
Atau mungkin karena begitu pentingnya keberadaan Monas sebagai salah satu landmark yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia atau karena alasan lainnya.
Tapi yang pasti, bila Anda berkesempatan untuk datang ke Jarta, sebaiknya memang menyempatkan diri berkunjung ke Monas.
Karena dari kunjungan itulah akan banyak pengetahuan yang bisa didapatkan, utamanya tentang sejarah bangsa Indonesia, serta akan semakin tebal rasa nasionalisme dan kecintaan Anda terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perasaan bangga bangsa Indonesia terhadap keberadaan Monas, terkadang juga memunculkan joke-joke lucu yang mengabarkan bahwa Monas roboh.
Kabar serupa April Mop tersebut dikirimkan melalui pesan singkat sehingga membuat penerimanya penasaran dan berusaha mencari kebenarannya lewat media cetak atau browsing di internet.
Sudah barang tentu berita tentang robohnya Monas tidak akan pernah dijumpai, karena kecil kemungkinannya kecuali atas kehendak Tuhan melalui bencana dahsyat atau sebab lainnya.
Kokohnya bangunan Monas tidak perlu diragukan lagi, karena untuk membuat pondasinya saja ditancapkan 284 pasak beton ditambah 360 pasak bumi.
Sementara untuk material yang lain, digunakan bahan-bahan berkualitas, karena Soekarno memang menginginkan dapat memiliki monumen nasional yang kokoh seperti halnya menara Eiffel di Paris, Perancis.
Pembangunan Monas tersebut secara resmi diawali pada 17 Agustus 1961 melalui sebuah upacara yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Namun yang namanya joke, apapun bisa dijadikan bahan guyonan, termasuk Monumen Nasional atau Monas.
Karena siapapun yang menerima informasi tentang robohnya Monas, dalam benak mereka pasti akan terbayang, bagaimana nasib orang-orang yang tertindih “Api Nan Tak Kunjung Padam” yang beratnya hampir 2 ton.
Atau membayangkan bagaimana orang-orang saling berebutan memunguti emas seberat 50 kg yang melapisi lidah api Monas.
Mengenal Sekilas
❤️
Perjalanan panjang mengiringi proses pembangunan Tugu Monas. Setelah pemerintah RI yang semula sempat pindah ke Yogyakarta kembali lagi ke Jakarta pada tahun 1950.
Menyusul pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, Presiden Soekarno menginginkan dan merencanakan memiliki sebuah monumen nasional yang tidak kalah dari Eiffel.
Pembangunan monumen nasional tersebut menurut Soekarno sangat penting untuk mengenang serta melestarikan nilai-nilai perjuangan dari para pahlawan di masa revolusi kemerdekaan.
Dan nantinya dapat menggugah semangat patriotisme dan membangkitkan inspirasi generasi penerus bangsa.
Menyusul tercetusnya harapan Soekarno, dibentuklah Komite Nasional pada tanggal 17 Agustus 1954 dan diselenggarakanlah sayembara pembuatan rancangan monumen nasional setahun kemudian.
Melalui sayembara tersebut, terkumpul 51 karya dari para peserta, namun hanya 1 karya yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh panitia yaitu desain karya Frederich Silaban.
Belum puas dengan hasil sayembara pertama, digelarlah sayembara kedua pada tahun 1960. Kali ini jumlah pesertanya lebih banyak, yaitu 136 orang.
Namun, dari seluruh karya yang masuk, tidak ada satu pun yang memenuhi kriteria dan harapan dari panitia, sehingga dewan juri memutuskan untuk menunjukkan rancangan Silaban kepada Soekarno.
Sayangnya, satu-satunya karya peserta sayembara yang memenuhi kriteria dewan jurikurang begitu disukai Soekarno, karena yang dia inginkan adalah sebuah monumen dengan bentuk lingga dan yoni.
Meski demikian, Silaban masih dipercaya oleh Presiden RI tersebut untuk membuat rancangan dalam bentuk yang lain, sehingga terciptalah karya Silaban yang kedua.
Kali ini persoalan yang muncul berbeda, karya kedua Silaban dipandang terlalu spektakuler serta membutuhkan anggaran yang terlalu besar sehingga tidak mampu ditanggung oleh anggaran pemerintah.
Apalagi kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu sangat buruk, banyak rakyat yang menderita busung lapar karena kurangnya bahan pangan.
Untuk mencari jalan tengah, dicarilah solusi yaitu membuat rancangan bangunan dengan ukuran yang lebih kecil.
Namun, usulan tersebut ditolak oleh Silaban. Dia lebih suka dan menyarankan agar pembangunan monumen nasional ditunda sampai kondisi perekonomian Indonesia membaik.
Karena Silaban tidak bersedia, maka Soekarno menunjuk R.M. Soedarsono agar melanjutkan hasil rancangan sebelumnya.
Di tangan Sordarsono inilah unsur angka 17, 8, dan 45 dimasukkan guna melambangkan angka sakral bagi bangsa Indonesia, yaitu tanggal dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Akhirnya, Monumen Nasional (Monas) pun dibangun di atas lahan seluas 80 hektar yang diarsiteki Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono.
Proses pembangunn dilakukan dalam 3 tahap, tahap pertama pada kurun waktu 1961/1962 -1964/1965 yang ditandai dengan penancapan pasak beton pertama oleh Presiden Soekarno.
Setelah pembangunan pondasi rampung secara keseluruhan disusuk dengan pembuatan dinding museum pada bagian dasar bangunan dan pembangunan obelisk yang selesai pada bulan Agustus 1963.
Karena terjadi peristiwa Gerakan 30 September, proses pembangunan Monas tahap kedua yang dicanangkan akan berlangsung selama kurun waktu 1966 – 1968 sempat terhenti.
Sedang untuk pembangunan tahap ketiga berlangsung sepanjang tahun 1969 – 1976 dengan melakukan penyempurnaan terhadap bangunan museum lewat penambahan diorama.
Rampungnya pembangunan bukan berarti telah tuntas seluruh permasalahan, salah satu diantaranya adalah terjadinya kebocoran yang membuat bagian dasar museum tergenang oleh air.
Tugu Monas yang pembangunannya digagas oleh Soekarno itu akhirnya diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Presiden Soehato pada 12 Juli 1975.
Lokasi tempat berdirinya Monas dikenal dengan sebutan Medan Merdeka. Sedang Lapangan Monas sendiri sempat mengalami pergantian nama sampai 5 kali.
Awalnya bernama lapangan Gambir, lalu Lapangan Ikada, selanjutnya menjadi Lapangan Merdeka, berubah lagi menjadi Lapangan Monas hingga akhirnya bernama Taman Monas.
Monumen Nasional memiliki ketinggian 132m(433 kaki) dengan bagian puncak bermahkota lidah api yang terbuat dari perunggu berlapis emas seberat 35kg.
Mahkota berbentuk lidah api ini menggambarkan semangat perjuangan bangsa Indonesia yang menyala-nyala dan tidak pernah padam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sekaligus dalam mengisi kemerdekaan.
Bentuk yang diambil dari Tugu Monas merupakan konsep pasangan universal yang dikenal dengan sebutan Lingga dan Yoni.
Lingga dalam hal ini berwujud tugu obelisk yang tinggi menjulang sebagai lambang dari elemen maskulin atau laki-laki atau lambang siang hari yang memiliki sikap positif dan aktif.
Sedang pelataran dengan bentuk cawan yang menjadi landasan obelisk merupakan yoni yang melambangkan elemen feminin atau perempuan atau lambang malam hari yang memiliki sifat pasif dan negatif.
Disamping itu, bentuknya juga kerap ditafsirkan sebagai sepasang Alu dan Lesung, alat penumbuk padi tradisionalatau melambangkan kemakmuran, sehingga Monas dipandang memiliki dimensi budaya Indonesia.
Tugu Monas memiliki obelisk yang menjulang setinggi 117,7m yang berdiri di atas landasan berbentuk persegi setinggi 17 meter berlapis batu marmer dari Italia.
Untuk mempercantik suasana di sekitar Monas sekaligus sebagai sistem pendingin udara alami, dibangun sebuah kolam berukuran 25 x 25 meter di area Taman Medan Merdeka Utara.
Disitu juga dapat ditemui kolam air mancur serta Patung Pengeran Diponegoro menunggang kuda yang dibuat dari perunggu dengan bobot seberat 8 ton.
Patung hadiah dari Konsulat Jenderal Honores di Indonesia ini dipahat oleh seorang seniman dari Italia yang bernama Prof. Coberlato.
Untuk memasuki bangunan, wisatawan harus melewati pintu masuk dan menyusuri terowonan yang ada di kedalaman 3 meter di bawah taman serta jalan silang Monas.
Ketika kembali lagi di permukaan tanah di sebelah Utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan melihat-lihat relief sejarah perjuangan Indonesia, museum, ruang kemerdekaan serta pelataran puncak monumen.
Daya Tarik
❤️
Meski merupakan objek wisata edukasi dansejarah, Tugu Monas juga menghadirkan nuansa alami yang dapat menyejukkan mata berupa sebuah taman dihiasi pepohonan lengkap dengan kolam air mancur.
Pada malam hari, air mancur ini akan menyuguhkan tarian dengan melakukan gerakan yang meliak-liuk diiringi alunan lagu serta permainan cahaya laser berwarna-warni yang menarik untuk dilihat.
Pada siang hari, pengunjung dapat bermain dengan kawanan rusa yang didatangkan dari Istana Bogor untuk mempecantik kawasan taman.
Selain itu bangku-bangku yang menghiasi setiap sudut taman dapat dimanfaatkan untuk bersantai sambil menikmati sejuk dan segarnya udara di bawah pepohonan rindang.
Bagi yang gemar berolahraga, di taman ini juga tersedia jogging track dan areaberisi hamparan batu-batu tajam yang dapat difungsikan sebagai sarana pijat refleksi.
Tersedia pula beberapa lapangan basket serta futsal yang dapat digunakan oleh siapapun dengan gratis dan terbuka untuk umum.
Keberadaan lapangan basket dan futsal ini membuat suasana di sekitar taman pada sore hari selalu dipenuhi anak-anak muda yang bermain dan berolahraga.
Jika keberadaan taman cenderung hanya sebagai pelengkap dari perjalanan wisata ke Tugu Monas, berbeda halnya dengan bagian dalam dari monumen kebanggaan bangsa Indonesia ini.
Karena itulah bagian-bagian yang mengisi setiap sudut bangunan Tugu Monas, wajib untuk dijelajahi. Bagian-bagian penting tersebut diantaranya adalah:
Museum Sejarah Nasional❤️
Museum ini berada di bagian dasar Monas dengan kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah.
Museum Sejarah Nasional memiliki ukuran 80 x 80 meter2 dengan daya tampung sampai 500 orang.
Ruangan yang berlapis marmer ini memiliki 51 diorama yang terbagi atas 48 diorama pada keempat sisinya serta 3 diorama pada bagian tengah.
Diorama yang terdapat di museum ini menggambarkan berbagai peristiwa bersejarah di Indonesia, yang berlangsung sejak jaman pra-sejarah sampai dengan masa Orde Baru.
Untuk dapat mempelajari perjalanan sejarah bangsa Indonesia secara terinci pengunjung harus memulai dari diorama di sudut Timur Laut dan terus bergerak searah jarum jam sambil mengamati satu persatu diorama yang ada.
Lewat diorama itulah pengunjung akan dapat mengetahui seperti apa bangsa Indonesia pada jaman pra-sejarah, jaman Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit, masa-masa penjajahan, perjuangan para pahlawan melawan VOC.
Maupun masa pergerakan Nasional, jaman pendudukan Jepang, perang kemerdekaan, masa revolusi sampai dengan jaman Orde Baru dimasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Relief Sejarah Indonesia❤️
Relief ini berada di sudut halaman luar dan mengelilingi bangunan monumen. Relief yang terpahat pada dinding tersebut juga menggambarkan Sejarah Indonesia.
Untuk mengetahui perjalanan panjang bangsa Indonesia dapat dilakukan dengan mengamati satu persatu dari relief yang ada, dimulai dari sudut Timur Laut menuju sudut Tenggara, berlanjut ke Barat Daya hingga ke Barat Laut.
Melalui relief tersebut akan dapat diketahui kejayaan Nusantara pada jaman dahulu kala lewat pahatan Sejarah Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit, masa-masa penjajahan Belanda, perjuangan para Pahlawan Nasional.
Kemudian terbentuknya organisasi modern untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, peristiwa Sumpah Pemuda, masa Perang Dunia II dan pendudukan Jepang.
Lalu pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Agresi Militer yang dilakukan Belanda dan Perang Kemerdekaan sampai dengan abad modern dimana Indonesia mencapai masa pembangunan.
Relief dan patung-patung yang mengelilingi bangunan monumen tersebut terbuat dari bahan semen sertta menggunakan kerangka logam serta pipa dengan bentuk yang artistik juga bercita rasa seni.
Namun sayang, ada beberapa patung yang terlihat rusak karena terkikis oleh panas dan hujan.
Ruang Kemerdekaan❤️
Ruang berbentuk amphitheater ini terdapat di bagian dalam cawan monumen. Untuk menuju ke ruangan ini dapat dilakukan dengan melewati tangga berputar yang terdapat pada pintu sebelah Selatan dan Utara.
Ruang Kemerdekaan Monas merupakan ruang bermeditasi atau mengheningkan cipta bagi pengunjung yang ingin menghayati hakikat dari kemerdekaan serta mengenang jasa para pahlawan.
Di dalam ruangan ini tersimpan beberapa simbol kenegaraan seperti Lambang Negara dan Peta Kepulauan NKRI berlapis emas, Bendera Merah Putih serta Dinding yang bertuliskan Naskah Proklamasi.
Namun dari beberapa simbol kenegaraan yang disimpan di rungan ini, yang menjadi koleksi utama dan menarik perhatian banyak pengunjung adalah Naskah Asli Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Naskah Teks Proklamasi yang asli ini tersimpan di dalam sebuah kotak kaca yang diletakkan di dalam sebuah ruangan berpintu mekanis dengan bahan dari perunggu seberat 4 ton.
Dan naskah ini juga dihiasi ukiran berlapir emas dengan bentuk bunga Teratai dan bunga Wijaya Kusuma.
Pintu gerbang berlapis emas tersebut berada tepat di tengah ruangan yang dilapisi marmer hitam.
Disaat pintu mekanis yang dikenal dengan sebutan “Gerbang Kemerdekaan” ini terbuka, secara otomatis akan terdengar lantunan lagu “Padamu Negeri” disusul dengan rekaman suara Bung Karno membacakan naskah Proklamasi.
Properti kenegaraan lainnya yang mengisi ruangan adalah patung Garuda Pancasila berbahan perunggu dengan berat 3,5 ton yang dilapisi emas. Patung Garuda Pancasila ini terletak di sisi sebelah Selatan.
Di sisi sebelah Timur, dulu pernah dijadikan tempat untuk menyimpan Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada saat Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.
Namun karena sudah lapuk termakan usia, bendera suci tersebut tidak lagi dipamerkan. Sebagai gantinya, diisi dengan tulisan naskah proklamasi yang huruf-hurufnya berbahan perunggu.
Sedang pada sisi Utara dinding marmer hitam tampak peta Kepulauan Nusantara yang dilapisi emas.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan❤️
Bagi pengunjung yang ingin ke pelataran puncak, dapat naik lift yang memiliki kapasitas 50 orang di pintu sebelah Selatan.
Pelataran puncak ini berada pada ketinggian 115 meter dari atas permukaan tanah dengan luas 11 x 11 meter2.
Di pelataran puncak tersebut tersedia empat buah teropong yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung secara bergantian untuk melihat landskap Jkt dari atas ketinggian.
Pada saat cuaca cerah, pengunjung yang mengarahkan teropong ke arah Selatan akan dapat melihat Gunung Salak yang berdiri tegak di kejauhan.
Sedang yang mengarahkan teropong ke arah Utara akan dapat menyaksikan laut luas yang membentang berhias pulau-pulau kecil.
Puncak Monas dihiasi sebuah cawan yang menopang berdirinya lampu perunggu seberat 14,5 ton dengan lapisan emas seberat 35 kg.
Lidah api perunggu berlapis emas ini tingginya 14 meter dengan garis tengah 6 meter dan terbagi atas 77 bagian yang disatukan.
Pada perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-50, emas yang melapisi lidah api tersebut ditambah sehingga beratnya mencapai 50 kg.
Lidah api yang diberi nama “Api Nan Tak Kunjung Padam” ini melambangkan semangat bangsa Indonesia yang terus menyala dan tak pernah padam dalam merebut kemerdekaan dan dalam mengisi kemerdekaan.
Jika diperhatikan dengan teliti, ketinggian pelataran cawan dari atas permukaan tanah setinggi 17m, rentang ketinggian pelataran cawan dengan ruang museum 8m(5mdari lantai dasar menuju dasar cawan dan 3m di bawah tanah).
Sedang pelataran berbentuk bujur sangkar memiliki luas 45 x 45 m2. Kalau digabungkan membentuk angka 17-8-45, saat dibacakannya Teks Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno di JL Pegangsaan Timur No.56 Jakarta Pusat.
Demikianlah sejumlah bagian-bagian penting di Tugu Monas yang wajib untuk dikunjungi.
Dengan melihat seluruh bagian, pengunjung tidak hanya semakin paham akan sejarah bangsa tapi juga akan semakin tebal rasa patriotisme, nasionalisme serta kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tips Berkunjung❤️
Agar kunjungan Anda ke Tugu Monas dapat lebih berkesan, perhatikan beberapa tips berikut ini:
- Pahami Rute yang Akan Dilewati
Meski lokasi Monas berada di tengah kota dan dekat dengan Kantor Gubernur, namun bagi pengguna kendaraan pribadi yang belum begitu hafal dengan rute jalan, sebaiknya membuka peta atau google map.
Dengan menggunakan peta/google map, Anda juga bisa mencari jalur terpendek menuju Monas.
- Pilih Waktu yang Tepat
Sebaiknya kunjungan ke Monas tidak pada saat musim liburan, karena pada waktu itu banyak sekali rombongan darmawisata dengan jumlah mencapai 6000 lebih setiap harinya.
Dengan banyaknya pengunjung otomatis antrean akan bertambah panjang dan melelahkan.
Waktu berkunjung usahakan sepagi mungkin, bila perlu datanglah sebelum loket dibuka pada pukul 08.00. Hal tersebut untuk menghindari antrean.
Panjangnya antrean ini disebabkan karena kapasitas lift sekali angkut hanya untuk 11 orang. Sehingga tidak sebanding dengan banyaknya pengunjung.
- Cari Tempat Parkir
Dulu, pengunjung memang diperbolehkan untuk memarkir kendaraan di bawah tugu. Namun kini telah disediakan tempat parkir khusus yang berlokasi di JL. Merdeka Selatan.
Agar tidak terlalu jauh berjalan kaki, usahakan untuk memarkir kendaraan pada ujung paling Barat, karena pintu masuk pengunjung berada di sana.
- Bawalah Pelindung Kulit
Setelah memarkir kendaraan, Anda masih harus berjalan kaki di bawah terik matahari sejauh kurang lebih 300 meter menuju ke Monas.
Itu sebabnya disarankan untuk melapisi kulit dengan sunblock, mengenakan topi atau membawa payung untuk melindungi kulit dari sengatan matahari.
- Kenakan Pakaian yang Nyaman
Ingat, Anda tidak sedang datang ke pesta tapi berkunjung ke sebuah objek wisata dan udara di sekitar Monas cukup panas serta harus berjalan kaki di bawah terik matahari.
Untuk itu jangan memakai pakaian berwarna hitam yang menyerap panas, kenakan pakaian yang nyaman dan mudah menyerap keringat.
Hindari mengenakan sepatu atau sandal berhak tinggi dan sebisa mungkin menggunakan sepatu kets agar terasa nyaman saat melangkah.
- Jangan Membawa Bayi
Udara panas, terik matahari yang menyengat ditambah antrean panjang yang melelahkan jika pengunjung sedang penuh akan menjadi siksaan tersendiri bagi pengunjung yang datang sambil membawa bayi.
- Bawa Bekal dari Rumah
Setelah Pemprov DKI melarang para pedagang kaki lima berjualan di area sekitar Monas, praktis akan membuat pengunjung kesulitan untuk mengisi perut atau menghilangkan dahaga.
Untuk itu bawalah bekal makanan dan minuman secukupnya, namun jangan terlalu berlebihan karena justru akan memberatkan perjalanan Anda.
- Manfaatkan Waktu Dengan Efektif
Karena waktu kunjungan dibatasi, manfaatkan waktu selama di lokasi dengan seefektif mungkin, baik untuk selfie, memotret objek-objek di Monas, menggunakan teleskop yang jumlahnya hanya empat buah, serta aktifitas lainnya.
- Jangan Buang Tiket
Setelah memasuki lokasi, tiket jangan langsung dibuang karena nantinya dapat dimanfaatkan untuk naik kereta wisata yang mengantar pengunjung menuju ke pintu keluar yang berjarak sekitar 300 meter.
Cukup dengan menunjukkan tiket, pengunjung akan diantar dengan gratis alias tanpa bayar.
Demikian beberapa tips berkunjung ke Monas agar kunjungan Anda ke landmark yang menjadi kebanggaan bangsa indonesia ini dapat lebih menyenangkan dan lebih berkesan.
ADEL –
kereeen, terimakasih untuk artikelnnya kak
Sayyar Muzaffar (pemilik terverifikasi) –
Semoga beruntung itu saya, kalau bukan saya ya semoga tetap saya.
Asad Faiz Qadir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli matematika, tapi saya tahu peluang menang giveaway ini meningkat dengan komentar ini.
Khairul Anis Al-Khalish (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.
Zubair Nashit Haqqul (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan DJ, tapi saya siap putar lagu kemenangan sepanjang malam jika menang giveaway ini.
Yasar Nabil Nashir (pemilik terverifikasi) –
Saya tidak pandai merayu, tapi kalau soal menang giveaway, bolehlah dicoba.
Taufiqi Ihsan Nashir (pemilik terverifikasi) –
Mau ikutan giveaway, tapi takut menang. Nanti dikira jodoh, padahal cuma pinjam!
Raheel Izhar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan superhero, tapi saya punya kekuatan khusus: kekuatan menarik hadiah giveaway ke arah saya.
Shabri Sirajul Qalb (pemilik terverifikasi) –
Jika saya menang, saya janji akan… tetap update di media sosial. Prioritas kan?
Omar Farhan Iman (pemilik terverifikasi) –
Mimpi saya sederhana, hanya ingin menang giveaway ini. Mimpi yang lain? Nanti dulu, fokus satu-satu.
Pasya Saquell Syazani Althfurrahman (pemilik terverifikasi) –
Saya sudah siapkan tempat khusus di rumah untuk hadiah ini. Jangan sampai kosong, ya!
Qahhar Yamin (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pesenam, tapi kalau menang giveaway, saya siap lakukan backflip kebahagiaan!
Thalib Saifan Rizqi (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan petani, tapi saya siap menanam keberuntungan untuk memanen hadiah giveaway ini.
Dzulhilmi Rizqy Abdurrohman (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pembalap, tapi saya siap gas pol menuju garis finish untuk klaim hadiah giveaway ini.