Deskripsi
Lokasi : Desa Balongsari, kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41382
Map : KlikDisini
HTM : Rp.2000/Orang
Buka/Tutup : 08.30-17.00
Telepon : 0821-1452-2199
Di sebelah utara kota Karawang sekitar 10 km terdapat daerah bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia ketika melawan penjajah Belanda. Karena tempat tersebut sangat penting bagi masyarakat sehingga dibangun sebuah monumen untuk mengenang pejuang di desa tersebut.
Monumen Rawagede Bukti Sejarah Kekejaman Penjajah Belanda
Bangunan bersejarah ini di beri nama Monumen Rawagede sebagai saksi sejarah betapa besarnya semangat perjuangan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Monumen berbentuk kerucut 2 lantai dan di dalamnya terdapat diorama untuk menggambarkan makna masa perjuangan.
Pada lantai 2 terdapat patung seorang ibu dengan suami dan anaknya berwarna kuning emas sebagai korban pembantaian pihak Belanda. Terlihat bahwa sang ibu sangat sedih karena harus kehilangan suami dan anak lelakinya hanya karena Belanda tidak menemukan tentara BKR.
Peristiwa tersebut terjadi karena ketidakmampuan Belanda dalam mencari pejuang BKR bernama Kapten Lukas sehingga rakyat jelata dijadikan sasaran tembak. Diatas patung berwarna kuning keemasan tersebut juga tertera sebuah penggalan puisi berjudul Karawang Bekasi.
Pada lantai bawah juga terdapat diorama di dalam ruang kaca dengan beberapa patung dan lukisan untuk menggambarkan keadaan tempat tersebut pada waktu itu. Terdapat 3 patung ibu 1 anak kecil sedang menangisi suami dan anak-anak mereka karena meninggal secara tragis.
Selain itu terdapat 3 patung tentara dengan memakai seragam serta membawa senjata setelah melakukan eksekusi kepada warga tak bersalah. Kondisi masa itu digambarkan dengan jelas dan ruangan diorama juga sangat lebar dan semua sisi kaca sehingga terlihat darimana saja.
Sementara itu diluar ruangan terdapat relief di tembok untuk menggambarkan kronologi kejadian tragedi pembantaian tahun 1947 tersebut. Di sekitar gedung museum terdapat beberapa tanaman sebagai hiasan serta berbagai pohon sehingga menjadi taman dan bisa digunakan untuk bersantai.
Terdapat juga bangunan tembok kecil untuk dijadikan sebagai tempat duduk bagi pengunjung dan berada di antara tanaman hias. Fasilitas lainnya yaitu aula dengan luas sekitar 5×10 meter dan bisa menampung sampai 50 pengunjung untuk beristirahat ataupun bersantai.
Di sebelah aula, terdapat makam para korban pembantaian dengan jumlah sekitar 181 jenazah dan pada masing-masing batu nisan terdapat namanya. Pada awalnya semua jenazah dikubur di rumah masing-masing, namun masyarakat berinisiatif untuk membuat pemakaman pahlawan.
Tempat penguburan tersebut diberi nama Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga sebagai persemayaman terakhir korban pembantaian di Rawagede. Sebenarnya jumlah korban secara keseluruhan lebih dari 400 orang, namun jenazah lainnya terseret arus sungai ketika dibuang.
Kondisi pemakaman sangat besih dan rapi dengan ornamen bangunan pada lantai sehingga mudah untuk dibersihkan. Selain itu, suasana dalam pemakaman juga sangat sejuk karena banyak pohon-pohon besar memayungi seluruh lokasi pemakaman dengan beberapa tanaman.
Hal ini membuat pemandangan makam sangat indah dan jauh dari suasana seram sehingga banyak pengunjung mengabadikannya dalam poto dengan kamera. Setiap sisi pemakaman dan monumen juga tertata dengan rapi dan banyak pengunjung mengambil gambar atau foto selfi.
Alamat Monumen berada di dusun Rawagede, desa Balongsari, kecamatan Rawamerta, kabupaten karawang, Jawa Barat 41382. Pada zaman dahulu tempat tersebut dinamakan Rawa Gede karena banyak rawa besar dan sungai sehingga menjadi tempat strategis untuk gerilya.
Kronologi kasus pembantaian Belanda kepada masyarakat Rawagede diawali dengan cerita pengejaran penjajah kepada Kapten Lukas sebagai pejuang BKR. Sang kapten terkenal gesit dalam merampas senjata penjajah dan sulit ditangkap sehingga membuat Belanda sangat geram.
Salah satu mata-mata Belanda melihat Kapten Lukas dan pasukannya melintas ke arah dusun Rawa Gede, namun hanya untuk lewat saja. Hal ini karena sang Kapten tidak mungkin tinggal di dusun tersebut karena daerahnya dikelilingi sawah sehingga sulit untuk menyelamatkan diri.
Kapten Lukas memang menjadi target utama sebagai buronan karena selalu membuat pusing para penjajah dengan aksi gerilyanya untuk memporak-porandakan militer Belanda. Pihak penjajah seperti dipecundangi Kapten Lukas meskipun pasukannya memiliki senjata terbatas.
Ternyata, mata-mata Belanda memberikan informasi bahwa Kapten Lukas bermalam di dusun tersebut dan para penjajah segera berangkat untuk menyerbu malam itu juga. Ketika sampai di dusun tersebut saat pagi buta, ternyata penjajah Belanda tidak bisa menemukan kapten Lukas.
Belanda yang sudah berjalan kaki semalaman merasa sangat kecewa karena tidak menemukan sang kapten sehingga membuat mereka melampiaskan kekecewaan kepada warga Rawagede. Kemudian pihak Belanda memburu dan mengumpulkan semua warga laki-laki untuk dieksekusi.
Sebenarnya para penduduk sudah bersembunyi dibalik rawa dan sungai, namun karena penjajah Belanda membawa anjing pelacak sehingga tempat persembunyian warga bisa diketahui. Hal ini semakin menambah geram para penjajah dan banyak penduduk ditembak di sekitar sungai.
Suasana pagi buta dan disertai hujan sangat lebat membuat wilayah Rawagede menjadi banjir darah, terutama di daerah sekitar sungai. Banyak mayat dibuang ke sungai dan ikut terseret arus dan hilang entah kemana sehingga jenazahnya tidak bisa ditemukan pihak keluarganya.
Yasar Nabil Nashir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pengacara, tapi saya siap membela hak saya untuk memenangkan giveaway ini di pengadilan.
Dadvar Nasir (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan pengacara, tapi saya siap membela hak saya untuk memenangkan giveaway ini di pengadilan.
Dafi Danish (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan ahli ramal, tapi saya meramalkan hadiah giveaway ini akan jatuh ke tangan yang tepat: saya.