Latar Belakang Berdirinya Museum Bali

3 reviews

Rp55.100

Category:

Deskripsi

Lokasi: Jl. Mayor Wisnu No.1, Dangin Puri, Denpasar, Bali 80232
Map: Klik Disini
HTM: Rp.10.000-Rp.50.000 per Orang
Buka Tutup: 08.00-15.00 WITA
Telepon: (0361) 222680

Museum Bali di Denpasar tidak sama dengan yang terletak di kawasan wisata Ubud. Di sini, terdapat beberapa koleksi seni dan mengandung unsur sejarah tinggi dari kebudayaan Pulau Dewata.

Koleksi-koleksi yang ada di Museum Bali Denpasar berupa benda etnografika seperti peralatanpada zaman pra-sejarah, perlengkapan upacara keagamaan serta adat, serta bagaimana perkembangan seni budaya masyarakat Bali dari masa ke masa.

Ketika berkunjung ke sebuah museum pastinya ada banyak hal yang dapat dipelajari dimana Anda bisa melihat dan mengetahui secara langsung sejarah peradaban masyarakat Bali dari masa ke masa.

Tidak hanya sebagai sarana memperoleh pengetahuan, di Museum Bali Denpasar juga kerap digunakan sebagai lokasi foto pre-wedding.

Di Gedung Timur Lantai I terdapat koleksi benda-benda Prasejarah dan Sejarah yang ada di Pulau Dewata Bali.

Benda-benda pada masa zaman prasejarah terdiri dari 4 masa diantaranya masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, tingkat lanjut, masa bercocok tanam, serta perundagian.

Sedangkan untuk koleksi benda-benda zaman sejarah di bagi menjadi 3 periode diantaranya zaman Bali Kuno, Pertengahan, dan zaman Bali Baru

Di Gedung Timur Lantai-II terdapat berbagai macam koleksi yang berhubungan dengan beragam puncak kebudayaan masyarakat Bali di segala aspek kehidupan.

Foto By @ariwidiantar1

Ciri khas yang dimiliki Bali dan begitu kental adalah kebudayaan. Hal inilah membuat Bali memiliki daya pikat tersendiri karena kebudayaannya tumbuh mengakar kuat pada segala aspek kehidupan masyarakatnya.

Puncak-puncak kebudayaan masyarakat Bali bisa dicermati dari beragam aspek kehidupan antara lain adalah aspek kesenian (seni rupa terdiri dari seni lukis, seni patung dan seni karya atau arsitektur), religi, tekstil, pertanian, serta teknologi modern.

Ketika ada pengaruh kebudayaan asing menghinggapi masyarakat Bali, hal tersebut dapat diserap dan diselaraskan dengan kebudayaan modern dengan tetap berpegangan kepada budaya asli.

Collection Exhibition Setting atau Tata Pameran Koleksi Museum Bali kebanyakan dari koleksi ethnografi seperti tari wali, perlengkapan upacara agama, bangunan suci dan benda-benda pusaka.

Selain itu terdapat pula koleksi arkeologika dan numismatika. Diharapkan dalam pengaturan pameran koleksi Museum Bali Denpasar dapat mencerminkan semua kebudayaan yang ada di Bali.

Museum Bali Denpasar ini dapat diartikan sebagai jendela untuk menengok segala bentuk kebudayaan yang berada di Pulau Dewata.

Pengunjung yang datang dapat melihat, mempelajari serta membayangkan kebudayaan-kebudayaan melalui pengamatan terhadap tata pameran koleksi disini.

Foto By @budisuryawan16

Misalnya ketika mengamati koleksi arkeologi, pengunjung dapat menghubungkannya dengan balai arkeologi Denpasar dan lain-lain yang mempunyai persamaan dan tetap memiliki fungsi sakral di masyarakat sekarang ini.

Diharapkan sekali supaya masyarakat terus menghargai dan melestarikan hasil karya seni serta menjunjung tinggi tradisi juga norma yang berlaku.

Didalam Museum Bali ini semua koleksi telah ditata dengan sangat rapi dan teratur di setiap gedung dengan mengedepankan aspek-aspek khusus per gedungnya.

Aspek-aspek khusus gedung ini meliputi Gedung Timur yang berhubungan dengan sejarah dan prasejarah beserta puncak-puncak kebudayaan masyarakat Bali.

Gedung Buleleng berisi aspek perkembangan alat tukar pada saat pra dan setelah uang kepeng. Peristiwa ini dapat diamati melalui sejarah kab. Buleleng sebagai pencetus pertama perekonomian di Bali.

Gedung Karangasem berisi sejarah Cili yang merupakan simbol kesuburan dan diyakini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat serta digunakan di beberapa kegiatan seperti ritual agama hingga seni bangunan.

Gedung Tabanan yang dilihat dari asal muasalnya ini terdapat benda-benda yang dianggap sakral atau pusaka.

Foto By @fadhil_nifa

Benda-benda sakral tersebut seperti perkembangan keris sebagai karya seni nusantara serta sejarah. Bentuk dan cara pakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat Bali tidak hanya ketika upacara agama tapi juga sebagai alat melindungi diri.

Supaya bisa mengamati, melihat serta memahami koleksi secara runtut, wisatawan yang datang diupayakan memulainya dari pameran koleksi prasejarah dan sejarah hingga Gedung Tabanan di kawasan paling utara.

Di Gedung Buleleng terdapat koleksi pameran perkembangan alat tukar pada saat pra serta setelah uang kepeng di Bali.

Pada waktu itu belum ada yang menggunakan uang sebagai alat tukar dan masih memakai sistem barter hingga orang-orang Tionghoa memakai uang kepeng sebagai alat tukar.

Hal ini semakin menyebar luas dipakai sebagai alat pembayaran sarana seni, kerajinan dan sarana permainan hingga pembuatan kerajinan uang kepeng.

Di Gedung Karangasem terdapat pameran tentang Cili, suatu bentuk penanda seorang perempuan pemilik wajah runcing, kepala agak lebar, telinga dipakaikan subeng atau anting besar, pinggang ramping.

Foto By @rezaafre

Kemudian sebuah kain menutupi area pinggang hingga kaki sehingga bentuk kakinya tidak kelihatan jelas.

Gedung Tabanan berisi pameran mahakarya Nusantara seperti keris serta sejarah dan fungsinya di berbagai aktivitas masyarakat Bali.

Keris merupakan warisan budaya nusantara yang mendapat pegakuan UNESCO pada tanggal 25 November 2005.

Keris mempunyai 3 aspek nilai yang harus dilibatkan dalam pengerjaanya diantaranya adalah tuntunan, tatanan, serta tontonan.

Pembuatan keris tidak bisa sembarangan karena harus disertai sentuhan rasa dan interpretasi supaya memenuhi ketentuan-ketentuan aspek keindahan bentuknya.

Ada pakem-pakem tertentu yang cukup rumit dalam pembuatan keris tentang kedalaman arti religius, magic juga mengandung unsur mistik.

Sejatinya sebuah keris beserta beragam bentuk dan kelengkapannya mengandung nilai tuntunan tindak laku juga makna kehidupan untuk masyarakat.

Harga Tiket Masuk
❤️

Foto By @fristania21

Museum ini berlokasi di Jalan Mayor Wisnu Denpasar, Bali 80232 tepatnya di pusat kota Denpasar. Anda akan melihat bangunan Pura yang besar tepat di sebelah utara museum.

Pura ini juga merupakan destinasi yang cukup populer di Denpasar, namanya Pura Jagatnatha. Sedangkan di depan museum terletak sebuah lapangan luas bernama Puputan Badung.

Disana juga terdapat patung Catur Muka atau dikenal pula dengan sebutan patung empat wajah. Untuk mencapai lokasi museum, jarak yang Anda butuhkan dari bandara Ngurah Rai sekitar 15 kilometer.

Sebenarnya waktu yang diperlukan tidak lama namun karena dikawasan ini sering sekali terjadi kemacetan sehingga Anda akan butuh waktu sekitar 1 jam menggunakan mobil untuk sampai di Museum Bali Denpasar.

Jika masuk ke Museum Bali Denpasar, Anda harus membayar tiket masuk seharga Rp. 5000,- per orang.

Namun, harga berbeda dikenakan bagi Anda yang datang kesini untuk melakukan sesi foto pre-wedding. Biaya tambahan sebesar Rp. 150.000.

Foto By @gunkwah1991

Perlu diketahui bahwa museum tidak setiap hari buka, berikut ini jadwal kunjungan wisata di Museum Bali Denpasar jika Anda berencana akan mengunjunginya:

  • Buka dari pukul 08.00-15.00 wita pada hari Minggu-Kamis
  • Buka dari pukul 08.00-12.30 wita pada hari jumat
  • Sedangkan hari sabtu dan tanggal merah, tutup.

Sejarah Singkat❤️

Foto By @yellowtravelbug

Pada tanggal 28 April 1908 ketika kerajaan Klungkung jatuh ke tangan pemerintah kolonial dengan demikian Bali telah dikuasai penuh oleh Belanda.

Situasi seperti ini pastinya membuat tata pemerintahan pun berubah dimana awalnya Bali lumayan tertutup untuk bangsa asing jadi semakin terbuka khususnya bagi bangsa Eropa terutama Belanda.

Semakin terbukanya akses ke Bali membuat peluang bangsa asing lainnya semakin banyak, baik dari lapisan masyarakat pedagang, pegawai pemerintah, turis dan lain-lain yang mempunyai kepentingan beragam tergantung profesi masing-masing.

Para bangsa asing yang datang ke Bali ini selalu mengangkut barang-barang kebudayaan khas Pulau Dewata sebagai buah tangan kembali ke negaranya atau sebagai koleksi pribadi.

Hal demikian dapat membuat degradasi warisan budaya jika terus dibiarkan. Inilah sebabnya para seniman, budayawan, serta ilmuwan Belanda mencoba melestarikannya serta mencegah bangsa asing mengambil benda sejarah di Bali.

Pada tahun 1910, seorang Asisten Residen dari wilayah Bali Selatan bernama W.F.J Kroon, memprakarsai sebuah ide untuk membangun Museum Etnografi sebagai tempat perlindungan benda-benda warisan budaya dari kepunahan.

Foto By @tiechrisna

Gagasan ini diperoleh beliau setelah mendapatkan masukan atau saran yang cukup dari Th.A. Resink terkait pelestarian budaya di Bali.

Ide tersebut memperolah reaksi baik dari para seniman, ilmuwan serta budayawan dan juga dukungan penuh dari raja-raja di seluruh pelosok pulau Bali.

Kemudian W.F.J Kroon memberikan mandat kepada Kurt Grundler yang merupakan arsitek asal Jerman yang kala itu sedang melakukan kegiatan wisata penelitian di Bali untuk melakukan perencanaan bersama para ahli bangunan tradisional(undagi).

Para undagi yang turut serta berperan dalam pembangunan museum adalah I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel.

Kebersamaan ini diharapkan dapat menciptakan gedung museum yang selaras dengan adat istiadat Bali karena dalam pembuatannya para undagi harus mengedepankan lontar asta kosala-kosali lainnya dan beragam unsur religi sebagai patokan utama.

Sedangkan Kurt Grundler sendiri akan lebih berfokus terhadap kekuatan dan fungsi sebuah museum.

Foto By @febby.67

Akhirnya keputusan pendirian museum final setelah segala macam persiapan hampir selesai. Gaya bangunan museum akan dibangun menyerupai campuran arsitektur Pura atau tempat sembahyang dan Puri maupun istana raja.

Museum ini akan dibangun diatas tanah berukuran 2.600 m2 yang terdiri dari 3 halaman (luar atau jaba, tengah atau jaba tengah dan dalam atau Jeroan.

Ketiga Jaba ini akan dibatasi dengan candi bentar serta candi kurung yang berfungsi sebagai pintu masuk, Balai Kulkul atau menara kentongan dibagian selatan halaman atau Jaba tengah.

Di sisi barat laut terdapat sebuah Balai Bengong yang pada masa kerajaan berfungsi sebagai tempat peristirahatan para keluarga raja saat hendak melihat keadaan di luar istana.

Foto By @gberni

Di area Jeroan terletak 3 buah bangunan yang terdiri dari Gedung Karangasem, Gedung Tabanan, dan Gedung Buleleng yang berfungsi sebagai tempat pameran koleksi.

Semoga informasi Museum Bali ini dapat bermanfaat untuk Anda yang akan berencana mengunjunginya. Di Pulau Dewata ini juga terdapat museum lainnya seperti 3d di dream zone legian.

Selain museum ada banyak tempat-tempat keren di Denpasar. Ada juga shell atau dalam bahasa indonesia berarti kerang, sejarah terbalik geopark, blanco, pasifika, price, dmz, soekarno, bom, bajra sandhi, puputan, ubud 4d balige art.

Serta harga tiket dari balikpapan, topeng, subak, tabanan wisata, tiket masuk, trick khusus saat berwisata, puri, lukisan, kartun, entrance, fee, dll.

Di museum terdapat benda-benda purbakala lain juga. Ada neka art yang buka pada jam 09.00-15.00, le mayeur, gambar, alamat, koleksi, upside down world, negeri dali yang pengunjungnya berasal dari berbagai belahan dunia termasuk florida.

Rudana, ogoh, seminyak, eye arkeologi arma sanur, cost, tempat sunset terkeren, road directions, resort terdekat, berapa kode pos kota Bali 80232.

Hingga center renon yang angkut antonio, archeology, becak, batik, batur, banjarsari, buleleng, pabrik coklat dll.

  1. Yazeed Hakam Mufid (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan astronot, tapi siap menjelajah ruang angkasa jika hadiahnya adalah giveaway ini.

  2. Arrayan Taysir (pemilik terverifikasi)

    Kata bijak mengatakan, ‘Kesempatan datang tak terduga.’ Saya siap terkejut jika menang giveaway ini!

  3. Zakariya Hakim Nashir (pemilik terverifikasi)

    Jika menang giveaway ini, janji saya akan… tetap rendah hati dan tidak sombong (di depan kamera).

Tambahkan ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *