Museum Brawijaya Kota Malang

3 reviews

Rp62.800

Category:

Deskripsi

Lokasi: JL. Ijen, No. 25 A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65115
Map: Klik Disini
HTM: Rp. 3.000 (Anak-Anak), Rp.5.000 (Dewasa)
Buka Tutup: Senin-Minggu 08.00 – 15.00
Telepon: (0341) 562394

Sebagian besar masyarakat pasti pernah berkunjung ke museum. Museum adalah tempat menyimpan barang-barang yang unik dan memiliki sejarah bangsa.

Tak heran banyak sekali wisatawan yang suka berkunjung dari museum satu ke museum lainnya karena tertarik dengan sejarah yang ditinggalkan dan sangat mengedukasi. Terutama untuk para pelajar Indonesia tentunya.

Banyak sekali jenis museum yang ada di Indonesia. Diantaranya ada museum arkeologi, musium seni, museum etnografi, museum geologi, museum industrial, museum ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi.

Salah satu museum cukup banyak diminati yaitu museum sejarah karena memiliki keunikan tersendiri berupa benda-benda sejarah zaman dahulu.

Museum sejarah memiliki banyak fungsi. Selain membantu untuk mendapatkan wawasan dan informasi sejarah, berkunjung ke museum juga dapat menambah rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.

Salah satu museum sejarah yang cukup terkenal di Indonesia adalah Museum Brawijaya Kota Malang.

Foto By @muhammad.ruben

Museum Brawijaya adalah museum perjuangan yang mengoleksi benda-benda bersejarah hasil perjuangan rakyat Indonesia khususnya pada masa Agresi Militer Belanda I dan II di daerah Malang dan sekitarnya seperti Surabaya dan Bondowoso.

Museum yang terkenal dengan Gerbong Mautnya ini merupakan museum angkatan bersenjata terlengkap di Kota Malang.

Maka dari itu, berkunjung ke museum ini sangatlah tepat bagi anda yang ingin mengetahui kondisi peperangan para pejuang bangsa Indonesia dulu.

Artikel ini akan menjelaskan tentang berdirinya Museum Brawijaya, sejarah Gerbong Maut dan juga hal-hal aneh yang muncul di dalam Museum Brawijaya. Tak lupa akan dijelaskan pula lokasi serta harga tiket masuknya.

Sejarah Berdirinya
❤️

Foto By @gabrielle_of_sorrowfull

Ide pembangunan Museum Brawijaya dimulai pada tahun 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman dan baru bisa diwujudkan pada tahun 1967.

Brigjen TNI (Purn) Soerachman adalah mantan Pangdam VIII/Brawijaya pada tahun 1959 sampai dengan 1962.

Untuk mendukung proses pembangungan ini, pemerintah kotamadya Malang menyediakan tanah seluas 10.500 m2 sebagai tempat berdirinya Museum Brawijaya ini.

Sedangkan pemilik hotel di Tretes Pandaan yaitu Ibu Martha, memberi dukungan berupa biaya pembangunan.

Arsitektur bangunan Museum Bwawijaya ini dirancang oleh Kapten Czi Ir. Soemadi. Museum Brawijaya selesai didirikan pada tahun 1968 dan diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968 oleh Kolonel Pur. Dr. Soewondo.

Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya pada tanggal 16 April 1968.

Museum Brawijaya ini juga terkenal dengan semboyan “ CITRA UTHAPANA CAKRA”. Citra berarti sinar/cahaya/api. Uthapana berarti yang membangkitkan.

Sedangkan Cakra berarti semangat atau kekuatan. Jadi, semboyan Citra Uthapana Cakra mempuanyai arti sinar/cahaya/api yang membangkitkan semangat atau kekuatan.

Tujuan didirikannya museum ini yaitu sebagai media pendidikan dan penelitian ilmiah, sebagai tempat rekreasi dan juga sebagai tempat pimbinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai 45 dan TNI 45.

Bagi Anda yang tertarik dengan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda di Jawa Timur, maka berkunjunglah ke museum ini.

Karena museum ini merupakan gambaran perjuangan rakyat Indonesia khususnya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Jawa Timur pada Agresi Militer Belanda I dan II.

Koleksi Museum
❤️

Foto By @suryapesonatour

Di Museum Brawijaya terdapat beberapa ruangan yang mana ruangan-ruangan tersebut dijadikan tempat penyimpanan koleksi benda-benda sejarah.

Di halaman depan terdapat taman senjata bernama ‘Agne Yastra Loka’. ‘Agne’ berarti ‘api’ dan ‘Yaska’ berarti ‘senjata’ sedangkan ‘Loka’ mempuanyai arti ‘taman’. Maka ‘Agne Yastra Loka’ memiliki arti yaitu taman senjata dari api revolusi 1945.

Benda-benda yang dipamerkan dihalaman depan cukup unik dan sangat menarik masyarakat untuk berkunjung ke museum ini.

Pertama ada tank buatan Jepang yang di rampas arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945. Kemudian tank ini digunakan pada tanggal 10 Nopember 1945 untuk melawan sekutu.

Ada juga Senjata Penangkis Serangan Hawa (PSU) yang dikenal dengan Pompom Double Loop. Senjata milik Jepang ini dirampas oleh pemuda BKR pada pertempuran di bulan September 1945.

Kemudian senjata ini digunakan oleh BKR untuk menjaga kemerdekaan RI dari serangan sekutu maupun tentara Belanda.

Senjata ini pun sukses menjatuhkan dua pesawat tempur Belanda pada perang di barat Bangkalan.

Foto By @fauziah.rachmawati

Selanjutnya ada meriam 3,7 Inch (Si Buang), hasil rampasan perang dari Belanda pada 10 Desember 1946. Dinamakan Si Buang karena untuk mengenang prajurit TKR bernama Kopral Buang.

Kopral Buang gugur pada pertempuran sengit melawan Belanda sekitar 6 jam di pos pantai Desa Batering.

Selain itu ada juga Tank Amfibi AM Track dan Patung Jenderal Soedirman. Tank Afimbi AM Track digunakan oleh tentara Belanda dalam usaha menempati kota Malang pada Perang Kemerdekaan I.

Namun usaha Belanda tersebut mendapatkan perlawanan dari pasukan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) di Jalan Salak.

Selanjutnya adalah ruang lobi. Ruang lobi terletak antara Ruang Koleksi I dan Ruang Koleksi II. Di ruangan ini terdapat dua relief dan perangkat lambang-lambang kodam /kodama TNI AD di Indonesia.

Relief pertama yaitu relief sebelah selatan yang melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit. Di relief ini juga ada pahatan perahu Hongi sebagai lambang armada laut yang kuat dan ada pulan bentuk harihara yang merupakan pahatan Raden Wijaya.

Sedangkan relief yang kedua yaitu relief sebelah utara. Relief ini adalah gambar daerah-daerah tugasan yang pernah dikunjungi oleh pasukan Brawijaya dalam rangka menegakkan kemendekaan negara Indonesia.

Kemudian ada Ruang Koleksi I. Di ruangan ini memamerkan koleksi perang benda-benda tahun 1945-1949.

Koleksi di ruang ini diantaranya ada foto-foto panglima kodam di Jawa Timur dari tahun 1945 sampai sekarang, lukisan baju para pejuang, burung merpati pos.

Foto By @gabrielle_of_sorrowfull

Kemudian ada juga termos yang terbuat dari tempurung kelapa, pedang samurai, radio, lukisan pertempuran Surabaya, peta pendudukan musuh, peta-peta kemerdekaan I dan II, alat-alat kesehatan dan masih banyak lagi.

Museum Brawijaya memiliki koleksi menarik lainnya yaitu berupa mobil sedan De Soto. Mobil sedan De Soto adalah mobil buatan pabrik “DE SOTOSA USA” yang dulu pernah digunakan oleh Kolonel Soengkono.

Pada waktu beliau menjabat sebagai Panglima Divisi Brawijaya dan Panglima Divisi Narotama di tahun 1948-1950, Kolonel Soengkono sering menggunakan mobil De Soto ini.

Sedangkan di Ruang Koleksi II terdapat benda-benda koleksi tahun 1950-1976. Benda-benda koleksi tersebuat diantaranya terdapat peta kota Malang dan perkembangannya.

Selain itu ada juga foto-foto burgemester serta walikota Malang, alat musik, senjata rampasan dari PPRI/Permesta, meriam, bejana besi, bendera portugal dan ada juga Batu untuk membunuh pemimpin PKI serta benda-benda lainnya pada masa itu.

Di Museum Brawijaya juga terdapat perpustakaan yang merupakan tempat koleksi profil dan dokumenperjuangan TNI, buku literatur, karya umum, laporan-laporan, serta rujukan yang berhubungan dengan pengabdian terhadap NKRI.

Selain ruangan-ruangan tersebut, terdapat ruang tengah. Di ruang tengah yang terbuka ini hanya terdapat dua koleksi yaitu Gerbong Maut dan Perahu Segigir.

Foto By @malang.menyapa

Para wisatawan bisa mengambil gambar dan video serta mendokumentasikan berbagai koleksi langka yang ada di Museum Brawijaya.

Puas berkeliling melihat koleksi museum, pengunjung bisa bersantai sambil menikmati Ijen Boulevard.

Yakni jalur hijau di dekat museum yang dihiasi bunga bougenvil dan pohon palem dengan perumahan bergaya kolonial Belanda sebagai latar belakangnya.

Misteri Gerbong Maut❤️

Foto By @malang.menyapa

Diantara semua koleksi yang ada di Museum Brawijaya, Gerbong Maut adalah yang paling terkenal dan paling menarik perhatian pengunjung.

Bahkan Gerbong Maut merupakan icon dari museum ini. Dibalik Gerbong Maut ini terdapat cerita tentang para pejuang yang sangat menyedihkan.

Pada perang kemerdekaan tanggal 21 Juli 1947, tentara Belanda mendarat di Pasir Putih. Kemudian mereka menyerang beberapa kota, salah satunya kota Bondowoso.

Dalam perang tersebut, tentara Belanda menahan beberapa pejuang di penjara Bondowoso. Karena penjara Bondowoso sudah penuh dan tidak muat lagi menampung tahanan.

Maka para pejuang yang ditahan kemudian dibawa untuk dipindahkan ke penjara Kalisosok, Surabaya.

Pada tanggal 23 September 1947 pukul 02.00 pagi para tahanan diangkut dengan menggunakan tiga gerbong pengangkut barang.

Ada tiga gerbong kereta yaitu GR5769, GR4416 dan GR10152. Saat itu para tahanan yang dipindahkan berjumlah 100 orang.

Tidak adanya sirkulasi udara menyebabkan udara di ketiga gerbong tersebut panas. Kulit-kulit orang didalam gerbong mengelupas akibat panasnya gerbong baja yang ditimpa panasnya matahari.

Para pejuang yang berdesak-desakan di gerbong yang sempit pun perlahan akhirnya berguguran.

Mereka gugur karena berdesakan, kelelahan, kepanasan, kehausan serta kehabisan nafas. Sungguh sangat malang, para pejuang yang masih selamat berteriak meminta minum, namun ditolak mentah-mentah oleh tentara Belanda.

Ketika sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, hanya ada 12 orang pejuang saja yang masih sehat dan selamat, sedangkan 42 pejuang terluka dan lemas serta 46 pejuang lainnya meninggal dunia dengan kondisi yang mengenaskan.

Ketiga Gerbong Maut itu kini di simpan di Surabaya, Bondowoso dan Malang. Gerbong Maut yang disimpan di Museum Brawijaya memiliki seri GR 10152.

Gerbong ini adalah gerbong yang paling banyak memakan korban karena bentuknya yang lebih panjang sehingga lebih banyak menampung tahanan.

Selain itu Gerbong Maut ini juga kondisinya benar-benar rapat, tidak ada udara sama sekali. Sedangkan dua Gerbong Maut yang lain, yang berada di Surabaya dan Bondowoso memiliki lubang kecil.

Sehingga para tahanan masih bisa menghirup udara secara bergantian melalui lubang kecil tersebut.

Perahu Segigir❤️

Foto By @malang.menyapa

Selain Gerbong Maut, koleksi yang tak kalah menarik adalah Perahu Segigir. Perahu Segigir ini merupakan bukti sejarah kemerdekaan negari Indonesia yang tak ternilai harganya.

Dahulu pada tahun tahun 1947, tepatnya sebelum bulan Juli, masyarakat di desa Prenduan, Sumenep, Maudura membuat perahu ini yang kemudian dimiliki oleh seorang warga bernama Makiya.

Perahu yang dapat menampung 6 orang ini digunakan olehnya untuk menangkap ikan.

Sejarah tentang Perahu Segigir ini dimulai pada saat 2 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1947.

Pada saat itu Belanda ingin menguasai kembali negara Indonesia untuk dijadikan negara boneka. Maka dari itu, pasukan Belanda yang saat itu dipimpin oleh Van Mook melakukan agresi militer Agresi Militer.

Pada aksi militer pertama, Belanda menargetkan penyerangan terhadap kota-kota besar yang ada di Indonesia, terutama untuk kota-kota besar di pulau Jawa.

Pasukan Belanda terbagi menjadi dua. Sebagian pasukan bergerak untuk menguasai Jakarta dan Bandung, sebagian lagi bergerak dari Surabaya menuju Jawa Timur dan Madura.

Kemudian pada November 1947 pejuang bangsa Indonesia yang tergabung dalam pasukan Joko Tole atau Sabililah mundur dari Pasingsongan, Sumenep, pulau madura. Karena wilayah tersebut telah berhasil dikuasai oleh pasukan Belanda.

Oleh karena itu, pasukan Joko Tole pergi bersembunyi ke Desa Prenduan yang berada di pesisir antara Pamekasan dan Sumenep.

Tempat ini mereka jadikan markas untuk menyusun siasat melawan pasukan Belanda. Namun, pihak Belanda mengetahui tempat persembunyian tersebut dan berencana menyerbu Desa Prenduan.

Untungnya sebelum penyerbuan terjadi, mata-mata pejuang Indonesia sudah lebih dulu mengetahuinya dan langsung melaporkan hal tersebut pada Komandan Resimen Joko Tole, yakni Letkol Candra Hasan.

Sebelum diserbu oleh pasukan belanda, Letkol Chandra Hasan diam-diam merencanakan pemindahan pasukan dari pulau Madura ke Paiton, Probolinggo dan memindahkan pemerintahan sipil ke Tuban melalui selat Madura.

Pemindahan tersebut dilakukan menjelang malam agar tidak diketahui oleh pasukan Belanda.

Namun dalam perjalanan, mereka diserang pasukan Belanda. Pada saat itu Letkol Chandra Hasan langsung memimpin penyerangan terhadap Belanda dengan menggunakan perahu Segigir ini.

Namun sayangnya beberapa perahu pasukan Joko Tole lainnya ditembak oleh musuh menggunakan pesawat udara. Mereka pun akhirnya gugur di medan perang

Awalnya perahu Segigir ini disimpan di Sumenep lalu pada tanggal 26 November 1968 perahu ini diserahkan ke Museum Brawijaya.

Keangkeran
❤️

Foto By @ina_ariefian

Museum Brawijaya menyimpan banyak benda-benda yang sangat bernilai tinggi sebagai bukti kejahatan kepada rakyat Indonesia yang sangat tidak manusiawi.

Banyak masyarakat yang memberikan informasi bahwa ada beberapa kejadian aneh yang terjadi di museum ini. Hal itu membuat Museum Brawijaya menjadi salah satu tempat angker yang ada di daerah Jatim.

Konon katanya, sebuah trem terlihat melintas pada malam dan berhenti di Museum Brawijaya. Selain itu, Museum ini juga pernah menjadi tempat uji nyali di Masih Dunia Lain yang menambah keangkeran tempat ini.

Juga ada kejadian Senapan bergerak sendiri, mesin telegram yang tiba-tiba berbunyi padahal rusak dan tidak ada kabelnya serta ada kejadian aneh lainnya, terutama di Gerbong Maut.

Ada penjaga yang berkata bahwa setiap malam selalu terdengar bunyi ribut dan suara orang yang menangis dan menjerit kesakitan dari dalam Gerbong Maut.

Ada juga cerita bahwa salah satu pengunjung Museum Brawijaya dibuat kaget. Saat dia berfoto dengan latar Gerbong Maut, ada sebuah sosok hantu perempuan dengan rambut panjang dan berbaju putih tertangkap oleh kamera.

Foto By @malang.menyapa

Harga Tiket Masuk❤️

Bagi Anda yang penasaran dengan koleksi benda-benda yang ada di Museum Brawijaya ini, langsung saja datang ke kota Malang.

Alamat Museum Brawijaya terletak di JL. Ijen, No. 25 A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65115.

Adapun untuk harga tiket masuknya sangatlah murah. Anda hanya perlu mengeluarkan uang sebesar 3.000 rupiah saja per orang.

Dengan membayar 3.000 rupiah, anda sudah bisa berkeliling melihat koleksi sejarah di Museum Brawijaya.

Jangan lupa untuk selalu mengecek jadwal jam buka Museum Brawijaya. Museum Brawijaya buka setiap hari pukul 08.00-14.30 WIB. Kecuali khusus hari Jumat, Sabtu dan Minggu meseum ini tutup lebih awal.

Pada hari Jumat tutup pukul 11.30 sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu tutup pukul 13.00 WIB atau jam 1 siang.

Foto By @veronica.tj

Untuk mencapai Museum Brawijaya, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.

Jika menggunakan angkutan umum, Anda bisa naik angkutan dengan kode ADL atau AL dari Stasiun Kota Baru. Kemudian turun di depan Museum Brawijaya.

Untungnya lokasi Museum Brawijaya ini terletak di sisi jalan raya yang memudahkan pengunjung menemukan lokasi.

  1. Qahhar Yamin (pemilik terverifikasi)

    Saya tidak pernah menang undian, kecuali undian napas setiap hari. Semoga giveaway ini jadi awal yang manis!

  2. Insyirah Munawwar (pemilik terverifikasi)

    Saya sih simple, nggak minta jadi pemenang utama, cukup jadi pemenang cadangan yang dapat hadiah juga.

  3. Adam Rafan (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan penjaga pantai, tapi saya siap selamatkan hadiah giveaway ini dari ombak pesaing.

Tambahkan ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *