Museum Fatahillah Jakarta Barat

3 reviews

Rp53.900

Category:

Deskripsi

Foto By @gerrisitumeang

Lokasi: Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Tamansari, Kota Jkt Barat 11110
Maps: Klik Disini
HTM: Rp.3.750 (Dewasa), Rp.2.500 (Pelajar), Rp.1.500 (Anak Anak)
Buka Tutup: 08.00 – 17.00 WIB (Selasa – Minggu), Senin Tutup
Telepon: 021 6929101

Jakarta merupakan ibukota RI yang memiliki kisah sejarah dan cerita historis yang sangat panjang.

Bahkan memiliki hubungan yang erat dengan pra sejarah dan jaman penjajahan Belanda ketika itu.

Perjalanan sejarah ini tentu saja bisa didapatkan di museum-museum yang tersebar di ibukota Indonesia ini.

Museum-museum ini menyajikan informasi dan edukasi kepada para wisatawan yang ingin mengetahui apa saja yang terjadi di masa lalu kota Jakarta.

Untuk era penjajahan Belanda dan jaman kemerdekaan, museum Satria Mandala, Monumen Nasional bisa menjadi pilihan.

Sementara Museum Gajah memberikan kisah historis di masa pra sejarah. Namun untuk mengetahui kisah sejarah pada masa pemerintahan Kolonial Belanda bisa mengunjungi Museum Fatahillah yang sudah sangat terkenal di kota Jakarta ini.

Sejarah Singkat❤️

Foto By @umi8595

Museum Fatahillah ini berada di kawasan Kota Tua tepatnya di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat.

Para wisatawan bisa mengunjungi kawasan wisata museum ini untuk melihat dan mendapatkan informasi mengenai peninggalan sejarah kota Jakarta sejak zaman prasejarah hingga masa kejayaan pelabuhan Sunda Kelapa serta era penjajahan.

Bahkan di sini para wisatawan bisa melihat isi dari benda-benda peninggalan di masa kolonial tersebut.

Selain itu para pengunjung juga bisa mendapatkan informasi suasana kota Jakarta pasca kemerdekaan

Gedung museum ini pada awalnya dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai Balai Kota atau Stadhuis.

Ketika itu Balai Kota ini diresmikan oleh Gubernur Jendral Abraham Van Riebeeck di tahun 1710.

Pembangunan gedung Balai Kota ini dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen yang dimulai pada tahun 1620.

Ketika itu kondisi lahan atau tanah di Jakarta masih sangat labil. Hal ini membuat proses pembangunan tertunda dan museum atau balai kota sempat anjlok.

Sebelum peresmiannya gedung Stadhuis ini harus mengalami beberapa kali pemugaran sebelum diresmikan.

Setelah diresmikan, beberapa kali gedung balai kota ini akhirnya beralihan fungsi dan mengalami perubahan.

Setelah berfungsi sebagai balai kota, gedung ini digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat di tahun 1925 – 1942.

Setelah itu berubah fungsi menjadi Kantor Pengumpulan Logistik Dai Nippon ketika Jepang menduduki Indonesia dan juga Jakarta. Hal ini terjadi pada tahun 1942 – 1945.

Setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, gedung ini kembali berganti fungsi menjadi markas Komando Militer Kota/Kodim 0503 Jakarta Barat. Dan ini berselang di tahun 1952 – 1968.

Foto By @umi8595

Baru di tahun 1968 akhirnya Pemda DKI Jakarta mendapatkan hak sepenuhnya gedung ini. Dan pada tahun yang sama gedung ini dijadikan menjadi Museum Sejarah Jakarta.

Dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Ali Sadikin yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Museum Sejarah Jakarta ini sangat populer dengan sebutan Museum Fatahillah. Di dalam museum ini terdapat sekitar 23.500 koleksi benda-benda bersejarah.

Benda-benda bersejarah ini ada yang masih asli dan replika. Koleksinya diambil dari Museum Jakarta Lama atau Oud Batavia Museum.

Museum Jakarta Lama ini dahulu letaknya berada di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 dan sekarang sudah beralih fungsi menjadi Museum Wayang.

Di Museum Fatahillah ini terdapat salah satu benda bersejarah berupa Prasasti Ciaruteun peninggalan jaman Tarumanagara yang isinya bisa dilihat di wikipedia.

Selain itu di museum ini juga terdapat Meriam Si Jagur, Patung Dewa Hermes, sel tahanan Untung Suropati di tahun 1670 dan Pangeran Diponegoro yang ditahan di tahun 1830.

Selain itu, ada juga gambar-gambar serta lukisan Gubernur Jendral VOC Hindia Belanda yang memimpin Jakarta dari tahun 1602 – 1942.

Di museum ini pula para wisatawan bisa melihat berbagai alat pertukangan di zaman prasejarah dan koleksi persenjataan yang masih tersimpan rapi.

Ada pula koleksi mebel antik yang merupakan peninggalan abad ke 17 hingga abad ke 19. Semuanya tersimpan rapi dan bisa dilihat oleh para wisatawan.

Di museum ini barang-barang yang dipamerkan memang sudah sesuai dengan periode asalnya serta dilengkapi informasi yang membuat para wisatawan akan mendapatkan info lengkap.

Ruang-ruang pameran yang terdapat di museum dengan gaya arsitektur kolonial klasik ini juga terdapat benda-benda peninggalan lainnya.

Foto By @umi8595

Ada beberapa ruang pameran seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung serta Ruang MH Thamrin.

Pembagian ruangan ini berdasarkan penataan benda koleksi yang mempertimbangkan aspek artistik serta memiliki fungsi optimal guna menjadi sumber informasi bagi para pengunjung.

Biasanya barang yang dipamerkan sekitar 500 benda bersejarah. Dan akan dirotasi sesuai dengan kebutuhan. Sementara barang lainnya berada di ruang penyimpanan atau gudang.

Area Museum❤️

Kawasan wisata Museum Fatahillah ini terbagi menjadi 3 lantai. Di area lantai bawah ini para wisatawan bisa melihat beberapa peninggalan VOC yang dipamerkan di sini.

Para pengunjung bisa melihat beberapa patung dan juga barang-barang keramik yang dipamerkan di lemari besar.

Selain itu terdapat beberapa barang kerajinan seperti prasasti dan juga gerabah serta benda-benda penemuan dari para arkeolog jaman dulu.

Di lantai ini pula para wisatawan bisa melihat salah satu benda peninggalan dari budaya Betawi atau Batavia yang menyajikan bentuk serta tampilan dapur tempo dulu di rumah masyarakat Betawi.

Foto By @atmajaya.dw

Sementara di lantai 2 pengunjung bisa melihat beberapa perabotan dan benda peninggalan bangsa Belanda.

Di sini para wisatawan bisa melihat tempat tidur dan lukisan-lukisan di masa kolonial. Terdapat pula jendela besar yang posisinya berhadapan dengan alun-alun.

Konon jendela besar ini pada waktu itu digunakan oleh para petinggi pemerintahan Belanda untuk menyaksikan eksekusi hukuman mati para tahanan yang ketika itu dilakukan di area alun-alun bagian tengah.

Bergerak ke ruang bawah tanah, di sini wisatawan bisa melihat ruangan yang memiliki peran tidak kalah penting ketika penjajahan Belanda.

Di sini para wisatawan bisa melihat kondisi penjara bawah tanah dari para tahanan yang ketika itu melawan pemerintahan Belanda.

Di sini terdapat sekitar 5 ruangan sempit yang sangat pengap dan dilengkapi dengan bandul besi sebagai belenggu untuk para tahanan pada masa itu.

Cerita Mistis Angker❤️

Di daerah Kota Tua memang banyak gedung-gedung tua yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Museum Fatahillah ini sendiri menjadi salah satu bangunan bersejarah yang sangat indah dan kokoh.

Museum Fatahillah juga memiliki kisah history atau sejarah yang cukup kental dan erat kaintannya dengan kota Jakarta.

Ternyata selain kisah sejarah perjalanan kota Jakarta, museum ini juga terkenal memiliki cerita mistis dan angker

Foto By @rusmantowasito

Meskipun sekarang museum ini kerap dijadikan tempat syuting video klip dan FTV, tapi kesan seram dan angker tidak bisa dilepaskan dari museum ini.

Apalagi dengan banyaknya kisah eksekusi dan juga pembantaian sadis yang ketika itu dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada warga Tiongkok yang hidup di sekitar Jakarta. Kejadiannya pada tahun 1740 lalu.

Ketika itu di sekitar alun-alun museum ini dilakukan eksekusi atau pembantaian sekitar 500 orang China secara terbuka.

Akibat pembantaian tersebut hingga sekarang ini kerap terdengar suara-suara teriakan histeris dan tangisan yang sangat jelas di sekitar area alun-alun.

Bahkan ada yang pernah melihat penampakan di sekitar alun-alun tanpa kepala. Sebuah cerita misteri yang cukup membuat bulu kuduk bergidik.

Ternyata bukan hanya di area alun-alun saja yang cukup menyeramkan. Di sekitar area penjara bawah tanah ini yang sudah ada semenjak 300 tahun lalu ini memiliki cerita misteri tersendiri.

Area ruang bawah tanah ini dulu digunakan untuk menyekap para tahanan, penjahat serta tokoh masyarakat yang ketika itu melawan kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Jakarta.

Pada masa tersebut pemerintah Hindia Belanda memasukkan tahanan ke dalam ruang bawah tanah tersebut sebanyak 500 orang dan mereka dibiarkan kelaparan bahkan hingga mati sesak serta disiksa.

Tidak perlu heran jika memasuki area ruang bawah tanah tersebut terpancar nuansa mistis. Bahkan kerap terdengar suara aneh, bau anyir serta amis darah.

Foto By @bruuts

Bahkan kerap muncul penampakan sosok bayangan hitam yang sering muncul di area tersebut.

Bahkan kerap ada penampakan 3 hantu berwujud anak kecil yang bentuknya tidak karuan serta pria dan wanita mengenakan pakaian khas Belanda.

Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa Museum Fatahillah ini dahulu dijadikan tempat untuk melakukan eksekusi terhadap tahanan yang terbukti melakukan pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda.

Menurut cerita sejarah bahwa ketika seorang tahanan yang hendak dilakukan eksekusi nantinya akan diberikan tanda di sekitar museum.

Jika akan ada sebuah eksekusi nantinya akan ada sebuah lonceng yang dibunyikan. Lonceng ini diberi nama Lonceng Kematian.

Ketika berbunyi sekali berarti tahanan akan digiring ke ruang pengadilan. Sementara bunyi kedua berarti tahanan sudah ada di sekitar ruang atau podium pengadilan di Museum Fatahillah tersebut.

Sementara jika lonceng berbunyi lagi atau bunyi ketiga menjadikan tanda bahwa tahanan segera dieksekusi di area alun-alun.

Dan eksekusi ini akan dilihat oleh para pejabat dan hakim pengadilan dari Hindia Belanda. Bahkan pada saat tertentu lonceng ini masih berbunyi dengan sendirinya.

Pada masa lalu lonceng ini dibunyikan ketika malam hari dan sekarang kerap terdengar bunyi pada malam hari.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, para tahanan yang akan dieksekusi ini akan dibawa ke area alun-alun.

Foto By @ryuzaki_rama

Sementara dari jendela besar di Balai Kota ini nantinya Gubernur Jenderal Hindia Belanda akan memberi kode guna melakukan eksekusi tersebut.

Dan museum ini memang menjadi saksi bisu terhadap eksekusi dan penderitaan tawanan yang berada di penjara bawah tanah.

Yang mengerikan adalah ketika air laut pasang, penjara bawah tanah ini akan penuh dengan air laut.

Pada jaman dulu Balai Kota ini sangat dekat lokasinya dengan laut. Sehingga air laut kerap masuk ke dalam bangunan dan merendam tubuh para tawanan di sekitar ruang bawah tanah.

Dan hal ini membuat para tawanan akan sangat menyedihkan. Bahkan Pangeran Diponegoro serta Cut Nyak Dien pernah ditahan dan dibawa ke sini sebelum diasingkan.

Cerita mistis dan misteri lainnya bergabung dengan misteri dari gedung Museum Fatahillah ini.

Pasalnya, di dekat ruang pertunjukan telah ini ditemukan adanya ruang rahasia pada tahun 2010 lalu.

Di area dinding kamar dengan luas sekitar 200 meter persegi ini memiliki gambar mural yang sangat eksotis dan tampak belum seratus persen jadi.

Mural ini menceritakan kondisi dari kota Jakarta di tahun 1880 – 1920. Dan mural ini dibuat oleh pelukis Harijadi Sumodidjojo dan juga S. Sudjojono di tahun 1974.

Foto By @umi8595

Kala itu Gubernur Jakarta yaitu Ali Sadikin memerintahkan untuk membuat mural tersebut.

Meskipun sudah dilakukan renovasi besar-besaran yang selesai pada bulan Januari 2015 lalu, tentu saja aura mistis dan kesan angker memang tidak bisa dilepaskan dari Museum Fatahillah ini.

Tak heran banyak yang mencari wangsit di museum ini. Bagi para pengunjung jangan sampai berkata kotor dan berkelakukan tak sopan. Pasalnya bisa mengganggu hantu yang menghuni museum tersebut.

Buka Jam Berapa❤️

Jam operasional atau jam buka dari Museum Fatahillah ini sekitar jam 09.00 – 15.00 WIB setiap hari Selasa hingga Minggu. Pada hari Senin museum akan ditutup untuk dilakukan pemeliharaan.

Harga Tiket Masuk❤️

Sementara tiket masuknya sendiri sebesar 3.750 untuk dewasa dan 1.500 buat anak-anak.

Foto By @umi8595

Rute untuk menuju ke lokasi Museum Fatahillah ini sangat mudah. Bisa menggunakan kendaraan pribadi dan juga umum.

Aplikasi Google Map sudah bisa membantu dengan memberikan peta, denah dari kota Jakarta terutama akses ke Museum Fatahillah tersebut.

  1. Hakim Nadir Wasif (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan petani, tapi saya siap menanam keberuntungan untuk memanen hadiah giveaway ini.

  2. Ubaidullah Fadhlur Rahman (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan pembalap, tapi saya siap gas pol menuju garis finish untuk klaim hadiah giveaway ini.

  3. Muhammad Rayyan (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan penjaga pantai, tapi saya siap selamatkan hadiah giveaway ini dari ombak pesaing.

Tambahkan ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *