Museum Radya Pustaka di Kota Surakarta

3 reviews

Rp59.300

Category:

Deskripsi

Lokasi: Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Kel. Sriwedari, Kec. Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah 57141
Map: Klik Disini
HTM: Free
Buka Tutup: 08.00 – 14.00
Telepon: (0271) 712306

Sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal akan destinasi wisata budaya, Kota Surakarta memiliki banyak koleksi bukti-bukti sejarah.

Kota yang memiliki slogan pariwisata sebagai “The Spirit of Java” ini terkenal tentang kebudayaan Jawa, kerahaman dan sopan santun masyarakatnya.

Kota ini merupakan tempat yang menjadi saksi sejarah dari berbagai zaman, termasuk dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Benteng Vastenburg, adanya situs Sangiran serta keberadaan Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.

Destinasi wisata yang akan kita bicarakan dalam artikel kali ini berada di Kota Solo, yakni objek wisata yang menyimpan bukti sejarah dan kebudayaan Jawa yang berkembang, namanya adalah Museum Radya Pustaka.

Lokasi Dimana❤️

Foto By @bangughi05

Di manakah museum ini berlokasi? Museum Radya Pustaka adalah museum tertua di Indonesia yang terletak di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Surakarta, jalanan utama Kota Solo.

Letak museum tua ini berada di sisi kanan jalan utama di Kota Solo. Sejajar dengan objek wisata budaya terkenal lainnya di Kota Budaya yaitu Taman Sriwedari.

Di antara Taman Sriwedari dan Museum Radya Pustaka, terdapat Graha Wisata Niaga. Gedung ini sering digunakan sebagai gedung pertemuan.

Selain itu, gedung ini juga dapat disewa untuk acara-acara tertentu seperti pernikahan atau pameran karya seni dan teknologi.

Bila rekan-rekan traveler ingin pergi ke Museum Radya Pustaka ini, jika datang dari arah barat, bisa melalui Jalan Brigjen Slamet Riyadi.

Selain itu, bisa juga dari arah Jalan Dr. Soepomo, yang akan berujung di depan Taman Sriwedari. Perlu diingat, bahwa Jalan Brigjen Slamet Riyadi adalah jalan searah.

Sejarah Singkat❤️

Foto By @daniel_varianto

Musem yang dibangun pada tanggal 2 Oktober tahun 1890 ini dulunya merupakan tempat tinggal seorang warga negara Belanda.

Kemudian, tanah yang berada di kompleks kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini dibangun menjadi sebuah museum.

Siapakah yang mendirikan Museum ini? Dia adalah Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pada masa pemerintahan Paku Buwono IX .

Museum ini memiliki tujuan dan fungsi untuk menyimpan naskah-naskah pada masa itu dan diisi dengan barang-barang pusaka keraton.

Sekalipun sebuah museum, uniknya tidak berada dalam naungan Dinas Pemerintah. Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta yang menaunginya.

Pada awal pembangunannya, Radya Pustaka digunakan sebagai tempat untuk menyimpan surat atau dokumen kerajaan.

Museum ini juga telah mengalami beberapa kali pemugaran untuk memperbaiki beberapa titik lokasi dan bahkan pemindahan.

Koleksi Museum❤️

Foto By @a.r.hadiq_gallery

Seperti layaknya museum, Radya Pustaka memiliki berbagai koleksi yang menjadi saksi sejarah dan memiliki profil nilai budaya Jawa yang kental.

Koleksi-koleksi yang ada di museum ini contohnya berupa arca, pusaka yang menyimpan konon menyimpan misteri atau senjata tradisional, keramik, wayang kulit, serta buku dan kitab kuno yang berisi catatan sejarah Jawa.

Foto By @ardiannugroho

Setiap tahunnya bahkan akan dijadwalkan Kirab Ageng Museum Radya Pustaka yang berisi kegiatan untuk membersihkan koleksi-koleksi pusaka yang telah disebutkan di atas.

Kalau rekan Travelers sekalian berkunjung ke sana, maka di bagian halaman depan, tepat di depan gedung, rekan sekalian akan menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita, hal ini tercatat di situs Wikipedia.

Di dalam museum ini, terdapat orgel yang merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte pada Paku Buwono IV, raja dari Keraton Surakarta.

Selain itu, terdapat juga mesin ketik dengan huruf Jawa atau huruf hanacaraka (aksara jawa) loh. Pernah melihat yang satu ini?

Berbagai langkah dilakukan oleh pihak pengelola museum untuk menyelamatkan koleksi mereka yang terbilang kuno.

Foto By @taufik_ranggahidayat

Bayangkan, naskah-naskah yang ditulis beberapa puluh atau bahkan ratus tahun yang lalu itu pasti sudah termakan usia.

Namun, isi dari naskah tersebut masihlah merupakan bukti sejarah. Pernah ada kasus peristiwa pencurian beberapa arca peninggalan berharga yang disimpan di museum ini.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh pihak pengelola adalah melakukan digitalisasi terhadap naskah-naskah kuno.

Nah, rekan-rekan travelers zaman now, sekarang bisa nih untuk menantikan koleksi museum dalam media yang ‘sesuai’ dengan generasi milenial.

Biasanya pengunjung yang datang juga akan membuat laporan kunjungan dan bisa langsung bertanya-tanya pada pengurus Museum.

Daya Tarik❤️

Foto By @a.r.hadiq_gallery

Museum Radya Pustaka ini bisa dikatakan sebagai museum dengan latar belakang ‘pencermin sejarah’ terutama sejarah masyarakat Surakarta dan Keraton Surakarta.

Sudah banyak makalah ilmiah yang ditulis dan sumbernya di ambil dari koleksi di tempat ini loh. Museum ini dibangun dengan konsep bangunan khas Belanda, untuk mencerminkan karya arsitektur pada masa itu.

Rekan-rekan traveler, ketika memasuki halaman maka akan disambut patung dan meriam yang digunakan pada masa VOC. Patung ini adalah patung Rangga Warsita, seorang pujangga terkenal pada masa itu.

Rekan-rekan travelers tak perlu khawatir karena di masing-masing display koleksi sudah dilengkapi dengan deskripsi. Teks yang ada dibuat dengan Bahasa Indonesia dan Inggris berdasarkan informasi mengenai koleksi.

Informasi Berita Miris❤️

Foto By @solothok

Sebagai museum yang dikelola yayasan, banyak persoalan yang dihadapi oleh pengelola tempat bersejarah ini.

Persoalan-persoalan tersebut tentunya sangat berdampak terhadap eksistensi Museum Radya Pustaka dan pengelolaan tempat ini.

Pernah dikabarkan dalam berita bahwa koleksi Museum Radya Pustaka ini dicuri atau hilang. Pencurian ini tentunya menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

Foto By @andiwiguno

Beberapa waktu yang lalu, bahkan museum ini sempat tutup untuk kunjungan umum. Hal tersebut dikarenakan persoalan dana dan gaji karyawan.

Selain itu, banyak koleksi yang ‘seakan’ tidak terawat juga di dalam museum. Padahal koleksi-koleksi itu memiliki nilai sejarah. Eits, jangan berburuk sangka dulu, kondisinya bukan semata-mata salah pengelola.

Hal ini terjadi karena perawatan dan biaya operasional untuk menjaga koleksi-koleksi itu tidak murah. Sedangkan tarif yang dibebankan pada pengunjung juga tidak terlalu mahal.

Foto By @daniel_varianto

Hal yang membuat sedih lagi, sekalipun memiliki nilai sejarah dan sebagai sarana edukasi, tidak banyak masyarakat yang ‘berbondong-bondong’ datang ke museum ini.

Nampaknya generasi milenial tidak begitu menikmati pameran koleksi Museum Radya Pustaka ini.

Saat ini, Museum Radya Pustaka sedang dalam proses pengaturan dasar hukum kawan. Harga tiket masuk yang awalnya adalah Rp.5.000,00, sementara ini digratiskan. Semoga pengaturan landasan hukum ini segera beres.

Nah, untuk itu, kawan-kawan bisa nih untuk membantu mempromosikan museum Radya Pustaka ini ke dunia pariwisata.

Namun, karena di dalam museum terdapat larangan untuk mengambil gambar (pembatasan izin untuk mengambil foto), sepertinya rekan-rekan travelers harus mencari cara lain.

Promosi bisa dilakukan dengan cara cerita. Share-lah pengalaman ketika berkunjung ke Museum Radya Pustaka dengan orang-orang terdekat dan ajak mereka untuk pergi ke museum tersebut.

Mari lestarikan museum dan buatlah diri Anda menghargai sejarah bangsa, Ok! Salam traveler!

  1. Qiyas Zia (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan ahli geografi, tapi saya yakin hadiah giveaway ini akan menemukan jalannya ke alamat saya.

  2. Labib Haqqun Mubin (pemilik terverifikasi)

    Saya bukan pesenam, tapi kalau menang giveaway, saya siap lakukan backflip kebahagiaan!

  3. Irsyad Akmali Fikri (pemilik terverifikasi)

    Semoga beruntung itu saya, kalau bukan saya ya semoga tetap saya.

Tambahkan ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *